Selasa, 26 Februari 2013

Hukum memberi nama anak dengan lafadz Asmaul husna


Diasuh oleh:
Ust. Muhammad Muafa, M.Pd
Pengasuh Pondok Pesantren IRTAQI, Malang-Jawa Timur
Pertanyaan Kirim Ke: redaksi@suara-islam.com

Assalamu'alaikum ustadz. Bolehkah seorang ayah memberi nama anaknya dengan nama yang diambil dari asmaul husna seperti Ar-Rohman atau Ar-Rohim?. Jazakumullah khoiron.

Priya - Malang


Jawaban:

Wa'alaikumussalam Warahmatullah.

Tidak boleh memberi nama anak dengan nama Ar-Rohman dan semisalnya, tetapi boleh memberi nama anak dengan nama Rohim dan yang semakna dengannya.

Al-Asmaul Husna/ اْلأَسْمَاءُ الْحُسْنى  (nama-nama Allah yang mulia/paling baik) ada dua macam, pertama; yang khusus hanya untuk nama Allah saja seperti lafadz Allah, Ar-Rohman (Yang Maha Pengasih), Al-Mutakabbir (Yang Menunjukkan Kebesaran),Al-Quddus (Yang Maha Suci), Al-Muhaimin (Yang Maha Menguasai),Al-Mumit (Yang Mematikan), Al-Awwal (Yang Pertama), Al-Akhir (yang Akhir), Allamul Ghuyub (Yang Maha Mengetahui Ghaib), Al-Bathin (Yang Tersembunyi),Al-Ahad (Yang Esa), As-Shomad (Yang Menjadi Tumpuan), Al-Kholiq (Yang Menciptakan), Ar-Rozzaq (Yang Maha Memberi Rizki),dan yang semakna dan kedua; yang bisa digunakan untuk Allah maupun untuk selainNya seperti lafadz Sami' (Yang Mendengar), Bashir (Yang Melihat), Rouf (Yang Welas ), Karim (Yang Mulia),Ali (Yang Tinggi), Rosyid (Yang Memberi Petunjuk), Badi' (Yang Membuat), Haqq (Yang Benar), Aziz (Yang Mulia), Syahid (Yang Menyaksikan ), Kabir (Yang Besar), Malik (Yang Menguasai), Alim (Yang Mengetahui) dan yang semakna dengannya.


Nama-nama Allah yang bersifat khusus tidak boleh dipakai  untuk  menamai anak, baik yang dipakai adalah lafadz tersebut secara langung maupun lafadz Isytiqoq (pecahan/derivasi)nya. Hal itu karena nama-nama Allah yang bersifat khusus telah dinyatakan oleh Nash hanya menjadi nama Allah dan maknanya hanya boleh dipakai oleh Allah Robbul 'Alamin saja. Adapun Nama-nama Allah yang mengandung sifat/karakter  mulia dan kaum muslimin diperintahkan untuk berakhlaq dengannya, atau dalil memang menunjukkan bahwa nama tersebut juga dipakai untuk selain Allah, maka lafadz tersebut boleh dipakai untuk memberi nama anak.

Nama Allah dan Ar-Rohman/Rohman tidak boleh dipakai untuk menamai anak karena lafadz-lafadz ini adalah nama khusus Allah. Allah berfirman;

Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman
(Al-Isro';110)

Orang yang memakai nama Allah yang bersifat khusus untuk nama selain Allah, bisa tergolong orang-orang yang menyimpangkan nama Allah sebagaimana dilakukan orang-orang Arab Jahiliyyah yang menamai berhala mereka dengan nama Al-Lata (dari lafadz Allah), Al-Uzza (dari lafadz Al-'Aziz) dan Manat (dari lafadz Al-Mannan). Allah melarang dan mengancam siapapun yang mempermainkan nama Allah dan menggunakannya secara tidak benar. Allah berfirman;

Hanya milik Allah Al-Asmaul Husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Al-Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dalam (menyebut) nama-nama-Nya . nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Al-A'rof; 180)

Dalam sejarah, yang pernah memakai nama Ar-Rohman/Rohman adalah Nabi palsu yang bernama Musailamah. Maka Allah membongkar kedustaannya, menghinakannya dan akhirnya dia dikenal dengan nama Musailamah Al-Kadz-Dzab (Musailamah Si Pendusta). At-Thobaroni meriwayatkan;

"Dari Ibnu Abbas beliau berkata; Adalah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ jika membaca Bismillahirrohmanirrohim orang-orang Musyrik mengejeknya. Mereka berkata: Muhammad menyebut tuhannya Yamamah. Adalah Musailamah memberi nama dirinya Ar-Rohman
" (H.R. At-Thobaroni)

Asy-Syaukani berkata; Ar-Rohman adalah diantara sifat-sifat Gholibah yang tidak (boleh) dipakai untuk selain Allah Azza Wajalla (Fathu Al-Qodir, vol.1 hlm 3)

An-Nawawi berkata; "Ketahuilah memberi nama dengan nama ini diharamkan demikianpula memberi nama dengan nama-nama Allah yang khusus bagiNya seperti Ar-Rohman, Al-Quddus, Al-Muhaimin, Kholiqul Kholqi dan semisalnya (Syarah An-Nawawi 'Ala Muslim, vol 14, hlm 122)

Dikecualikan jika nama-nama khusus untuk Allah tersebut ditambahi lafadz yang bermakna penghambaan, misalnya Abdun (hamba laki-laki) atau Amatun (hamba wanita). Dalam kondisi ini, penggunaan nama Allah yang bersifat khusus itu menjadi boleh dan bahkan lebih Afdhol. Jadi termasuk nama yang baik jika memberi nama anak dengan lafadz Abdullah, Amatullah, Abdurrohman, Amaturrohman, Abdul Quddus, Amatul Quddus, dll. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memberitahu bahwa diantara nama yang paling disukai Allah adalah Abdullah dan Abdurrohman. Imam Muslim meriwayatkan;

Dari Ibnu 'Umar ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya nama-nama yang paling disukai Allah Ta'ala ialah nama-nama seperti: 'Abdullah, 'Abdurrahman." (H.R. Muslim)

Adapun jika lafadz yang ditambahkan itu tidak bermakna penghambaan, misalnya Nurullah (Cahaya Allah), Habibullah (kekasih Allah), Habiburrohman (kekasih Ar-Rohman), Kholilurrohman (kesayangan Ar-Rohman) dan yang semakna, maka seyogyanya nama seperti ini dihindari karena khawatir termasuk Tazkiyatun Nafs (mensucikan diri sendiri/ menisbatkan kebaikan pada diri sendiri) yang dilarang dalam Al-Quran dan tidak disukai Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sebagimana juga dikhawatirkan termasuk kedustaan jika tidak sesuai dengan kenyataan. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah mengubah nama Barroh (yang shalihah) menjadi Zainab kerena tidak suka unsur Tazkiyatun Nafsi pada nama tersebut. Bukhari meriwayatkan;

Dari Abu Hurairah bahwa Zainab nama (aslinya) adalah Barrah, maka dikatakan kepadanya; "dia mensucikankan dirinya" setelah itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menamainya Zainab." (H.R. Bukhari)

Lafadz Muslim berbunyi; Dari Muhammad bin 'Amr bin 'Atha dia berkata; "Aku menamai anak perempuanku 'Barrah'. Maka Zainab binti Abu Salamah berkata kepadaku; 'Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah melarang memberi nama anak dengan nama ini. Dahulu namaku pun Barrah, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Janganlah kamu menganggap dirimu telah suci, Allah Ta'ala-lah yang lebih tahu siapa saja sesungguhnya orang yang baik atau suci di antara kamu.' Para sahabat bertanya; 'Lalu nama apakah yang harus kami berikan kepadanya? ' beliau menjawab: 'Namai dia Zainab.' (H.R. Muslim)

Yang semakna dengan ini adalah nama-nama yang "membesarkan diri" seperti Nurul Islam (cahaya Islam), Imaduddin (tiang agama), Nuruddin (cahaya agama), Habibul Mushthofa (kekasih Rasulullah), Zahid (yang Zuhud), 'Abid (Ahli Ibadah), dll. An-Nawawi menulis;

Pertanyaan; Diantara musibah yang sudah umum dan ada dalam fatwa-fatwa adalah memberi nama dengan nama Sittun Nas (pemimpin manusia) atau Sittul 'Arob (pemimpin orang-orang Arab) atau Sittul Qudhot (pemimpin para Qodhi), atau Sittul 'Ulama' (pemimpin para ulama). Bagaimana hukumnya?jawaban; hal itu makruh dengan kemakruhan yang sangat. Kemakruhannya digali dari dalil yang telah disebutkan dalam hadis: "nama yang paling rendah disisi Allah adalah..." dan dari hadis pengubahan nama Barroh menjadi zainab. Alasan lainnya; hal tersebut termasuk kedustaan" (Al-Majmu' Syarah Al-Muhadz-dzab vol 8, hlm 438)

Adapun nama-nama Allah yang tidak khusus bagiNya seperti Sami', Bashir, Rouf, Karim,Ali, Rosyid, Badi', Haqq, Aziz, Syahid, Kabir, Malik, Alim dan yang semakna dengannya, maka nama-nama ini boleh dipakai untuk menamai anak (tanpa membedakan apakah nama-nama tersebut dilekati Alif Lam ataukah dibebaskan dari Alif Lam) karena ada dalil yang menunjukkan kebolehan tersebut, sebagaimana kandungan sifat/akhlaq dalam nama-nama tersebut diperintahkan syara' agar dimiliki seorang muslim.

Nama Rouf dan Rohim misalnya, dipakai dalam Al-Quran untuk mensifati Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Allah berfirman;

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Rouf (Amat belas kasihan) lagi Rohim (Penyayang) terhadap orang-orang mukmin. (At-Taubah; 128)

Nama Ali juga dipakai Shahabat besar; Ali bin Abi Thalib tanpa pengingkaran dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Lafadz Hakim dipakai Shahabat Nabi yang bernama Hakim bin Hizam tanpa pengingkaran dari beliau.  Lafadz Malik dipakai untuk menyebut penguasa-penguasa di zaman Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ juga tanpa pengingkaran dari beliau. Lafadz Haqq dipakai untuk menyebut kebenaran. Lafadz Syahid, digunakan untuk menyebut orang yang mati syahid dst... Semuanya berdasarkan Nash telah dibolehkan sehingga memakainya untuk nama manusia juga diizinkan.

Ibnu Al-Qoyyim berkata; "Maksudnya adalah; Tidak boleh bagi siapapun untuk memakai nama dengan nama-nama  Allah yang khusus untuknya. Adapun nama-nama yang bisa dipakai untuk Allah dan selain Allah seperti As-Sami', Al-Bashir, Ar-Rouf, dan Ar-Rohim maka boleh dipakai untuk  menginformasikan  tentang (sifat/kualitas) makhluk dengan makna-makna lafadz tersebut" (Tuhfatu Al-Maudud Bi Ahkami Al-Maulud, hlm 127)

Nama-nama Allah yang boleh dipakai untuk selain Allah jika dibebaskan dari Alif Lam maka tidak ada perselisihan kebolehannya. Adapun jika diberi Alif Lam dan tidak dimaksudkan maknanya seperti kandunghan makna pada Asmaul Husna, maka hal ini juga diperbolehkan berdasarkan tiga alasan;

Pertama; nama adalah isim Alam. Meskipun Manqul (transcribed) dari  Shifat (adjective), Tarkib (frase) maupun Jumlah (kalimat) tapi makna-makna  tersebut telah dilepaskan dari Isim Alam karena isim Alam adalah lafadz yang digunakan untuk menandai Musamma (obyek yang dinamai) tertentu untuk membedakan dengan  yang sejenis dengannya. Nash-Nash yang mengesankan larangan bisa difahami bahwa maksudnya adalah jika lafadz tersebut dimaksudkan makna sifatnya seperti sifat Allah.

Kedua; Al-Quran memakai lafadz Al-Aziz (dengan Alif Lam) untuk suami dari wanita yang menggoda Nabi Yusuf. Allah berfirman;

Dan wanita-wanita di kota berkata: "Isteri Al Aziz  menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), Sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya Kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata." (Yusuf;30)

Lafadz Al-Aziz juga dipakai untuk memanggil Nabi Yusuf sendiri. Allah berfirman;

Mereka (saudara-saudara Yusuf) berkata (kepada Yusuf): "Wahai Al Aziz, Sesungguhnya ia mempunyai ayah yang sudah lanjut usianya, lantaran itu ambillah salah seorang diantara Kami sebagai gantinya, Sesungguhnya Kami melihat kamu termasuk oranng-orang yang berbuat baik". (Yusuf;78)

Ketiga; Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menyebut Nabi Yusuf, Nabi Ya'qub, Nabi Ishaq, dan Nabi Ibrohim dengan sebutan Al-Karim (memakai Alif-Lam). Bukhari meriwayatkan;

Dari Ibnu 'Umar radliallahu 'anhuma dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa Beliau bersabda: "Al-Karim Ibnu Al-Karim Ibnu Al-Karim Ibnu Al Karim (Orang yang mulia putra dari orang yang mulia putra dari orang yang mulia putra dari orang yang mulia) adalah Yusuf bin Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim 'Alaihissalam". (H.R.Bukhari)

Atas dasar ini tidak boleh memberi nama anak, barang, perusahaan, bisnis, tempat, bangunan dan yang lainnya dengan nama Ar-Rohman dan semisalnya, tetapi boleh memberi nama anak dengan nama Rohim dan yang semakna dengannya tanpa membedakan apakah dilekati Alif Lam ataukah bebas dari Alif lam. Wallahua'lam.

Minggu, 24 Februari 2013

Wanita Yang Sebaiknya Engkau Cari


Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar Ruum : 21)

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya (3/473) :

“Termasuk kesempurnaan rahmat Allah Subhaanahu wa Ta’ala kepada anak Adam: Dia jadikan istri-istri mereka dari jenis mereka sendiri. Dan ditumbuhkan antara mereka “mawaddah” yaitu cinta dan “rahmah” yaitu kasih sayang. Karena seorang laki-laki menahan seorang wanita untuk tetap menjadi istrinya bisa karena ia mencintai wanita tersebut atau karena ia iba dan kasihan terhadapnya, dimana ia telah mendapatkan anak dari wanita tersebut atau wanita itu butuh padanya untuk mendapatkan belanja atau karena kedekatan di antara keduanya dan alasan selain itu.”

“ Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir “

Abdullah bin Amr ibnul Ash rahimahullah mengkhabarkan bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasannya adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim)

Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu mengkhabarkan dari Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda :

“Wanita itu dinikahi karena 4 perkara. Karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya. Pilihlah wanita yang memiliki agama, engkau akan bahagia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sifat-sifat wanita yang sepantasnya engkau pilih sebagai istri sehingga ia bisa menjadi pengurus rumahmu ialah
1. Pendidik anak-anakmu adalah wanita yang memiliki agama dan akhlak yang dapat membantumu untuk taat kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala.
2. Yang mengingatkanmu ketika engkau lupa,
3. Yang menolongmu ketika engkau ingat.
4. Yang mengurus dan memperhatikanmu ketika engkau ada
5. Yang menjaga hartamu dan kehormatannya ketika engkau tidak ada.
6. Yang dia membuatmu ridha ketika engkau marah.
7. Yang mentaatimu ketika engkau perintah dan berbuat baik serta berbakti kepadamu.

Sesungguhnya wanita mulia yang menjaga kehormatannya tidak akan menyombongkan dirinya di hadapanmu dengan harta dan kecantikan yang ada padanya. Tidak pula dengan kedudukan dan nasab (keturunannya).

Akan tetapi sangat disayangkan dari kenyataan yang kita lihat di sekitar kita sebagian saudara kita  justru mengutamakan wanita cantik, atau yang memiliki martabat atau berharta dan meninggalkan wanita penuntut ilmu yang memiliki keutamaan. Innalillaahi wa inna ilaihi raaji’un.

Sumber : Persembahan Untukmu Duhai Muslimah, Penulis : Ummu Salamah As Salafiyah, Penerbit : Al Haura

Sabtu, 23 Februari 2013

Istriku Bukan Bidadari, Tapi Aku Pun Bukan Malaikat


Alhamdulillah, salawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, dan sahabatnya.

Anda telah berkeluarga? Bagaimana pengalaman Anda selama mengarungi bahtera rumah tangga? Semulus dan seindah yang Anda bayangkan dahulu?

Mungkin saja Anda menjawab, “Tidak.”

Akan tetapi, izinkan saya berbeda dengan Anda, “Ya,” bahkan lebih indah daripada yang saya bayangkan sebelumnya.

Saudaraku, kehidupan rumah tangga memang penuh dengan dinamika, lika-liku, dan pasang surut. Kadang Anda senang, dan kadang Anda bersedih. Tidak jarang, Anda tersenyum di hadapan pasangan Anda, dan kadang kala Anda cemberut dan bermasam muka.

Bukankah demikian, Saudaraku?

Berbagai tantangan dan tanggung jawab dalam rumah tangga senantiasa menghiasi hari-hari Anda. Semakin lama umur pernikahan Anda, maka semakin berat dan bertambah banyak perjuangan yang harus Anda tunaikan.

Tanggung jawab terhadap putra-putri, pekerjaan, karib kerabat, masyarakat, dan lain sebagainya.

Di antara tanggung jawab yang tidak akan pernah lepas dari kehidupan Anda ialah tanggung jawab terhadap pasangan hidup Anda.

Sebelum menikah, sah-sah saja Anda sebagai calon suami membayangkan bahwa pasangan hidup Anda cantik rupawan, bangsawan, kaya raya, patuh, pandai mengurus rumah, penyayang, tanggap, sabar, dan berbagai gambaran indah.

Bukankah demikian, Saudaraku?

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

“Biasanya, seorang wanita dinikahi karena empat pertimbangan: harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka, hendaknya engkau lebih memilih wanita yang beragama, niscaya engkau beruntung.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Al-Qurthubi menjelaskan makna hadits ini dengan berkata, “Empat pertimbangan inilah yang biasanya mendorong seorang lelaki untuk menikahi seorang wanita. Dengan demikian, hadits ini sebatas kabar tentang fakta yang terjadi di masyarakat, dan bukan perintah untuk menjadikannya sebagai pertimbangan. Secara tekstual pun, hadits ini menunjukkan bahwa dibolehkan menikahi seorang wanita dengan keempat pertimbangan itu. Akan tetapi, hendaknya pertimbangan agama lebih didahulukan.”

Keterangan al-Qurthubi ini semakna dengan hadits yang diriwayatkan oleh shahabat Abdullah bin Amr al-’Ash radhiyallahu ‘anhu, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَزَوَّجُوا النِّسَاءَ لِحُسْنِهِنَّ فَعَسَى حُسْنُهُنَّ أَنْ يُرْدِيَهُنَّ وَلاَ تَزَوَّجُوهُنَّ لِأَمْوَالِهِنَّ فَعَسَى أَمْوَالُهُنَّ أَنْ تُطْغِيَهُنَّ وَلَكِنْ تَزَوَّجُوهُنَّ عَلَى الدِّينِ وَلَأَمَةٌ خَرْمَاءُ سَوْدَاءُ ذَاتُ دِينٍ أَفْضَلُ

‘Janganlah engkau menikahi wanita hanya karena kecantikan parasnya, karena bisa saja parasnya yang cantik menjadikannya sengsara. Jangan pula engkau menikahinya karena harta kekayaannya, karena bisa saja harta kekayaan yang ia miliki menjadikan lupa daratan. Akan tetapi, hendaklah engkau menikahinya karena pertimbangan agamanya. Sungguh, seorang budak wanita berhidung pesek dan berkulit hitam, tetapi ia patuh beragama, lebih utama dibanding mereka semua.’” (Hr. Ibnu Majah; oleh al-Albani dinyatakan sebagai hadits yang lemah)

Akan tetapi, sekarang, setelah Anda menikah, terwujudkah seluruh impian dan gambaran yang dahulu terlukis dalam lamunan Anda?

Bila benar-benar seluruh impian Anda terwujud pada pasangan hidup Anda, maka saya turut mengucapkan selamat berbahagia di dunia dan akhirat. Bila tidak, maka tidak perlu berkecil hati atau kecewa.

Saudaraku, besarkan hati Anda, karena nasib serupa tidak hanya menimpa Anda seorang, tetapi juga menimpa kebanyakan umat manusia.

عَنْ أَبِى مُوسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَمُلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ، وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ إِلاَّ آسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ، وَمَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَإِنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ

Abu Musa radhiyallahu ‘anhu menuturkan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Banyak lelaki yang berhasil menggapai kesempurnaan, sedangkan tidaklah ada dari wanita yang berhasil menggapainya kecuali Asiyah istri Fir’aun dan Maryam binti Imran. Sesungguhnya, kelebihan Aisyah dibanding wanita lainnya bagaikan kelebihan bubur daging [1] dibanding makanan lainnya.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Saudaraku, berbahagia dan berbanggalah dengan pasangan hidup Anda, karena pasangan hidup Anda adalah wanita terbaik untuk Anda!

Anda tidak percaya? Silakan Anda membuktikannya. Bacalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini, lalu terapkanlah pada istri Anda.

لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ

“Tidak pantas bagi lelaki yang beriman untuk meremehkan wanita yang beriman. Bila ia tidak menyukai satu perangai darinya, pasti ia puas dengan perangainya yang lain.” (Hr. Muslim)

Saudaraku, Anda kecewa karena istri Anda kurang pandai memasak? Tidak perlu khawatir, karena ternyata istri Anda adalah penyayang.

Anda kurang puas dengan istri Anda yang kurang pandai mengurus rumah dan kurang sabar? Tidak usah berkecil hati, karena ia begitu cantik rupawan.

Anda berkecil hati karena istri Anda kurang cantik? Segera besarkan hati Anda, karena ternyata istri Anda subur sehingga Anda mendapatkan karunia keturunan yang shalih dan shalihah. Coba Anda bayangkan, betapa besar penderitaan Anda bila Anda menikahi wanita cantik akan tetapi mandul.

Demikianlah seterusnya.

Tidak etis dan tidak manusiawi bila Anda hanya pandai mengorek kekurangan istri, namun Anda tidak mahir dalam menemukan kelebihan-kelebihannya. Buktikan Saudaraku, bahwa Anda benar-benar seorang suami yang berjiwa besar, sehingga Anda peka dan lihai dalam membaca kelebihan pasangan Anda.

Dahulu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu peka dan mahir dalam membaca segala hal, termasuk suasana hati istrinya. Aisyah mengisahkan,

قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: إِنِّي لَأَعْلَمُ إِذَا كُنْتِ عَنِّي رَاضِيَةً، وَإِذَا كُنْتِ عَلَيَّ غَضْبَى . قَالَتْ: فَقُلْتُ مِنْ أَيْنَ تَعْرِفُ ذَلِكَ، فَقَالَ: أَمَّا إِذَا كُنْتِ عَنِّي رَاضِيَةً فَإِنَّكِ تَقُولِيْنَ لاَ وَرَبِّ مُحَمَّدٍ، وَإِذَا كُنْتِ غَضْبَى قُلْتِ لاَ وَرَبِّ إِبْرَاهِيمَ. قَالَتْ: قُلْتُ أَجَلْ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا أَهْجُرُ إِلاَّ اسْمَكَ

“Pada suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku, ‘Sungguh, aku mengetahui bila engkau ridha kepadaku, demikian pula bila engkau sedang marah kepadaku.’ Spontan, Aisyah bertanya, ‘Darimana engkau dapat mengetahui hal itu?’ Rasulullah menjawab, ‘Bila engkau sedang ridha kepadaku, maka ketika engkau bersumpah, engkau berkata, ‘Tidak, demi Tuhan Muhammad. Adapun bila engkau sedang dirundung amarah, maka ketika engkau bersumpah, engkau berkata, ‘Tidak, demi Tuhan Ibrahim.’’ Mendengar penjelasan ini, Aisyah menimpalinya dan berkata, ‘Benar, sungguh demi Allah, wahai Rasulullah, ketika aku marah, tiada yang aku tinggalkan, kecuali namamu saja.’” (Muttafaqun ‘alaihi)

Demikianlah teladan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau begitu peka dengan suasana hati istrinya, sehingga beliau bisa membaca isi hati istrinya dari ucapan sumpahnya. Walaupun Aisyah berusaha untuk menyembunyikan isi hatinya, tetap bermanis muka, senantiasa berada di sanding Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan berbicara seperti biasa, namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat menebak suasana hatinya dari perubahan cara bersumpahnya. Luar biasa, perhatian, kejelian, dan kepekaan yang tidak ada bandingnya.

Tidak mengherankan, bila beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

(خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي

“Orang terbaik di antara kalian ialah orang yang terbaik dalam memperlakukan istrinya, dan aku adalah orang terbaik di antara kalian dalam memperlakukan istriku.” (Hr. At-Tirmidzi)

Bagaimana dengan Anda, Saudaraku? Dengan apa Anda dapat mengenali dan meraba suasana hati pasangan Anda?

Saudaraku, tidak ada salahnya bila sejenak Anda kembali memutar lamunan dan gambaran tentang istri ideal dan idaman yang pernah singgah dalam benak Anda. Selanjutnya, bandingkan gambaran istri idaman Anda dengan gambaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kaum wanita berikut ini,

الْمَرْأَةُ كَالضِّلَعِ ، إِنْ أَقَمْتَهَا كَسَرْتَهَا، وَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَفِيهَا عِوَجٌ

“Wanita itu bagaikan tulang rusuk. Bila engkau ingin meluruskannya, niscaya engkau menjadikannya patah, dan bila engkau bersenang-senang dengannya, niscaya engkau dapat bersenang-senang dengannya, sedangkan ia adalah bengkok.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Pada riwayat lain, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَسْتَقِيمُ لَكَ الْمَرْأَةُ عَلَى خَلِيقَةٍ وَاحِدَةٍ وَإِنَّمَا هِيَ كَالضِّلَعُ إِنْ تُقِمْهَا تَكْسِرْهَا وَإِنْ تَتْرُكْهَا تَسْتَمْتِعْ بِهَا وَفِيهَا عِوَجٌ

“Tidak mungkin istrimu kuasa bertahan dalam satu keadaan. Sesungguhnya, wanita itu bak tulang rusuk. Bila engkau ingin meluruskannya, niscaya engkau menjadikannya patah. Adapun bila engkau biarkan begitu saja, maka engkau dapat bersenang-senang dengannya, (tetapi hendaklah engkau ingat) ia adalah bengkok.” (Hr. Ahmad)

Nah, sekarang, silakan Anda mengorek memori Anda tentang wanita pendamping hidup Anda. Temukan berbagai kelebihan padanya, dan selanjutnya tersenyumlah, karena ternyata istri Anda memiliki banyak kelebihan.

Lalu, bila pada suatu hari Anda merasa tergoda oleh kecantikan wanita lain, maka ketahuilah bahwa sesuatu yang dimiliki oleh wanita itu ternyata juga telah dimiliki oleh istri Anda. Maka, bergegaslah untuk membuktikan hal ini pada istri Anda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا رَأَى أَحَدُكُمُ امْرَأَةً فَأَعْجَبَتْهُ فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ فَإِنَّ مَعَهَا مِثْلَ الَّذِي مَعَهَا

“Bila engkau melihat seorang wanita, lalu ia memikat hatimu, maka segeralah datangi istrimu! Sesungguhnya, istrimu memiliki seluruh hal yang dimiliki oleh wanita yang engkau lihat itu.” (Hr. At-Tirmidzi)

Demikianlah caranya agar Anda dapat senantiasa puas dan bangga dengan pasangan hidup Anda. Anda selalu dapat merasa bahwa ladang Anda tampak hijau, sehijau ladang tetangga, dan bahkan lebih hijau.

Selamat berbahagia dengan pasangan hidup yang telah Allah karuniakan kepada Anda. Semoga Allah memberkahi bahtera rumah tangga Anda.

Sebaliknya, sebagai calon istri, Anda juga berhak untuk mendambakan pasangan hidup yang tampan, gagah, kaya raya, pandai, berkedudukan tinggi, penuh perhatian, setia, penyantun, dermawan, dan lain sebagainya.

Betapa indahnya gambaran rumah tangga Anda, dan betapa istimewanya pasangan hidup Anda, andai gambaran Anda ini dapat terwujud. Bukankah demikian, Saudariku?

Saudariku, setelah Anda menikah, benarkah seluruh kriteria suami ideal yang pernah menghiasi lamunan Anda ini terwujud pada pasangan hidup Anda?

Bila benar terwujud, maka saya ucapkan selamat berbahagia di dunia dan akhirat, dan bila tidak, maka tidak perlu berkecil hati.

Besarkan hatimu, wahai Saudariku! Percayalah, bahwa pada pasangan hidup Anda ternyata terdapat banyak kelebihan.

Bila selama ini, Saudari ciut hati karena suami Anda miskin harta, maka tidak perlu khawatir, karena ia penuh dengan perhatian dan tanggung jawab.

Bila selama ini, Saudari kecewa karena suami Anda ternyata kurang tampan, maka percayalah bahwa ia setia dan bertanggung jawab.

Andai selama ini, Saudari kurang puas karena suami Anda kurang perhatian dengan urusan dalam rumah, tetapi ia begitu membanggakan dalam urusan luar rumah.

Juga, andai selama ini, sikap suami Anda terhadap Anda kurang simpatik, maka tidak perlu hanyut dalam duka dan kekecawaan, karena ia masih punya jasa baik yang tidak ternilai dengan harta. Ternyata, selama ini, suami Anda telah menjaga kehormatan Anda, menjadi penyebab Anda merasakan kebahagiaan menimang putra-putri Anda.

Saudariku, Anda tidak perlu hanyut dalam kekecewaan karena suatu hal yang ada pada diri suami Anda. Betapa banyak kelebihan-kelebihan yang ada padanya. Berbahagia dan nikmatilah kedamaian hidup rumah tangga bersamanya.

Berlarut-larut dalam kekecewaan terhadap suatu perangai suami Anda dapat menghancurkan segala keindahan dalam rumah tangga Anda. Bukan hanya hancur di dunia, bahkan berkelanjutan hingga di akhirat kelak.

Saudariku, simaklah peringatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini. Agar anda dapat menjadikan bahtera rumah tangga Anda seindah dambaan Anda.

أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ، قِيلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ، وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا، قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ

“Aku diberi kesempatan untuk menengok ke dalam neraka, dan ternyata kebanyakan penghuninya ialah para wanita, akibat ulah mereka yang selalu kufur/ingkar.” Spontan, para shahabat bertanya, “Apakah yang engkau maksud adalah mereka kufur/ingkar kepada Allah?” Beliau menjawab, “Mereka terbiasa ingkar terhadap perilaku baik, dan ingkar terhadap jasa baik. Andai engkau berbuat baik kepada mereka seumur hidupmu, lalu ia mendapatkan suatu hal padamu, niscaya mereka begitu mudah berkata, ‘Aku tidak pernah mendapatkan kebaikan sedikit pun darimu.’” (Muttafaqun ‘alaihi)

Anda mendambakan kebahagian dalam rumah tangga?

Temukanlah bahwa kebahagian hidup dan berumah tangga terletak pada genggaman tangan suami Anda. Pandai-pandailah membawa diri, sehingga suami Anda rela membentangkan kedua telapak tangannya, dan memberikan kebahagian berumah tangga kepada Anda.

Percayalah Saudariku, suami Anda adalah pasangan terbaik untuk Anda.

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا اُدْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Bila seorang istri telah mendirikan shalat lima waktu, berpuasa bulan Ramadan, menjaga kesucian dirinya, dan taat kepada suaminya, niscaya kelak akan dikatakan kepadanya, ‘Silakan engkau masuk ke surga dari pintu mana pun yang engkau suka.’” (Hr. Ahmad dan lainnya)

Tidakkah Anda mendambakan termasuk orang-orang mukminah yang mendapatkan kebebasan masuk surga dari pintu yang mana pun?

Kunci Keberhasilan Rumah Tangga

Saudaraku, mungkin selama ini Anda bersama pasangan hidup Anda, terus berusaha mencari pola rumah tangga yang dapat mendatangkan kebahagiaan untuk Anda berdua.

Anda berhasil menemukannya?

Bila Anda berhasil, maka saya ucapkan selamat berbahagia. Adapun bila belum, maka segera temukan kunci keberhasilan rumah tangga Anda pada firman Allah berikut,

وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ

“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi, para suami mempunyai kelebihan satu tingkat daripada istrinya.” (Qs. al-Baqarah: 228)

Hak pasangan Anda setimpal dengan kewajiban yang ia tunaikan kepada Anda. Semakin banyak Anda menuntut hak Anda, maka semakin banyak pula kewajiban yang harus Anda tunaikan untuknya.

Shahabat Abdullah bin ‘Abbas memberikan contoh nyata dari aplikasi ayat ini dalam rumah tangganya. Pada suatu hari, beliau berkata, “Sesungguhnya, aku senang untuk berdandan demi istriku, sebagaimana aku pun senang bila istriku berdandan demiku, karena Allah Ta’ala telah berfirman,

وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ

‘Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.’

Aku pun tidak ingin menuntut seluruh hakku atas istriku, karena Allah juga telah berfirman,

وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ

‘Akan tetapi, para suami mempunyai kelebihan satu tingkat daripada istrinya.’” (Hr. Ibnu Abi Syaibah dan ath-Thabari)

Bagaimana dengan dirimu, wahai saudara dan saudariku? Kapankah Anda berdandan? Ketika sedang berada di rumah atau ketika hendak keluar rumah? Selama ini, sejatinya, untuk siapa Anda berdandan? Benarkah Anda berdandan untuk pasangan Anda, ataukah Anda berdandan dan tampil menawan untuk orang lain?

Saudaraku, bahu-membahu, saling melengkapi kekurangan, dan saling pengertian adalah salah satu prinsip dasar dalam membangun rumah tangga. Tidak layak bagi Anda untuk berperan sebagai penonton setia ketika pasangan Anda sedang mengerjakan pekerjaannya. Usahakan sebisa Anda untuk turut menyelesaikan pekerjaannya. Demikianlah, dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan dalam rumah tangga beliau.

Aisyah radhiyallahu ‘anha mengisahkan,

كَانَ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ، فَإِذَا سَمِعَ الأَذَانَ خَرَجَ

“Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan sebagian pekerjaan istrinya, dan bila beliau mendengar suara azan dikumandangkan, maka beliau bergegas menuju ke mesjid.” (Hr. Bukhari)

Constance Gager, ketua studi sekaligus asisten profesor di Montclair State University, Montclair, New Jersey, mengadakan penelitian tentang hubungan perilaku suami-istri dengan keromantisan dalam bercinta. Ia mengelompokkan para suami yang menjadi objek penelitiannya ke dalam dua kelompok.

Kelompok pertama adalah suami-suami yang tidak peduli dan jarang membantu pekerjaan istri. Kelompok kedua adalah suami-suami yang sering turut serta dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga istri.

Hasilnya luar biasa! Suami di kelompok kedua, yaitu yang sering membantu pekerjaan istrinya, terbukti lebih romantis dan lebih sering memadu cinta dengan pasangannya. Hubungan yang harmonis dan indah, begitu kental dalam rumah tangga mereka.

Sejatinya, penemuan ini bukanlah hal baru, karena secara logika, suami yang dengan rendah hati membantu pekerjaan istrinya pastilah lebih dicintai oleh istrinya. Tentunya, ini memiliki hubungan erat dengan keromantisan suami-istri dalam bercinta.

Sebaliknya, istri yang peduli dengan pekerjaan suami, pun akan mengalami hal yang sama.

Nah, bagaimana dengan diri Anda, wahai Saudaraku?

Selamat membuktikan resep manjur ini! Semoga berbahagia, dan hubungan Anda berdua semakin romantis dan harmonis.

Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat bagi Anda. Mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan. Wallahu a’lam bish-shawab.

Penulis: Ustadz Arifin Badri, Lc., M.A.

===
catatan kaki:
[1] Para ulama pensyarah hadits menjelaskan bahwa bubur daging adalah makanan paling istimewa di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, terlebih-lebih bubur daging mudah pembuatannya dan selanjutnya mudah pula menelannya.

Jumat, 22 Februari 2013

berlemah lembut dalam mendidik anak...

Di nukil dari artikel "Ringan dalam Menghukum"



Oleh: Al-Ustadzah Ummu ‘Abdirrahman Bintu ‘Imran

Siapa pun mungkin mengetahui, kemampuan akal anak-anak tidak sesempurna yang ada pada orang dewasa. Anak memiliki kemampuan memahami dan mencerna yang masih sangat terbatas.

Karena itulah, kadangkala muncul kesalahan atau kekeliruan yang terkadang dia sendiri belum mampu memahami dan mengerti bahwa tindakannya itu adalah suatu kesalahan.

Menyogok mulut adik, contoh ringannya, terkadang bermula dari maksud baik untuk menyuapi si adik. Namun justru kadang menjadi kesalahan di mata orangtua, karena –sekali lagi dengan keterbatasan sang anak– belum mampu melakukannya dengan benar. Sementara dia sendiri belum mampu memandang hal itu sebagai suatu kesalahan.

Demikianlah keadaan seorang anak dengan segala keterbatasannya. Sehingga syariat pun meringankan beban amalan bagi anak kecil, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dinukilkan oleh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu:

رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثَةٍ: عَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ، وَعَنِ الصِّبْيَانِ حَتَّى يَحْتَلِمَ، وَعَنِ الْمَجْنُوْنِ حَتَّى يَعْقِلَ

“Diangkat pena dari tiga golongan: orang yang tidur hingga dia terjaga, anak kecil hingga dia baligh, dan orang gila sampai kembali akalnya.” (HR. Abu Dawud no. 4403, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan Abi Dawud: shahih)

Di samping itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghasung kita untuk bersikap lemah lembut dan menjauhi kekasaran dalam segala hal, termasuk kepada anak-anak kita tentunya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada istri beliau, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:

يَا عَائِشَةُ، إِنَّ اللهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لاَ يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ وَمَا لاَ يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ

“Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya Allah itu Maha Lembut dan menyukai kelembutan, dan Dia memberikan pada kelembutan apa yang tidak Dia berikan pada kekasaran, maupun pada segala sesuatu selainnya.” (HR. Al-Bukhari no. 6928 dan Muslim no. 2593)

Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullahu menjelaskan bahwa dengan kelemahlembutan ini akan dapat dicapai berbagai tujuan, dan akan mudah pula untuk mendapatkan apa yang diharapkan, yang semua itu tak dapat diperoleh dengan selain kelembutan. (Syarh Shahih Muslim, 16/144)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memuji orang yang memiliki sifat lemah lembut, dalam sabda beliau yang dinukilkan oleh Abud Darda` radhiyallahu ‘anhu:

مَنْ أُعْطِيَ حَظَّهُ مِنَ الرِّفْقِ فَقَدْ أُعْطِيَ حَظَّهُ مِنَ الْخَيْرِ، وَمَنْ حُرِمَ حَظَّهُ مِنَ الرِّفْقِ فَقَدْ حُرِمَ حَظَّهُ مِنَ الْخَيْرِ

“Barangsiapa yang diberikan bagiannya berupa kelembutan, berarti dia diberikan bagiannya berupa kebaikan, dan barangsiapa dihalangi bagiannya berupa kelembutan, berarti dia dihalangi dari bagiannya berupa kebaikan.” (HR. At-Tirmidzi no.2013, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi: shahih)

Oleh karena itu pula kita, orangtua, mestinya berlapang-lapang dalam memberikan hukuman dan celaan pada anak-anak. Terlebih lagi pada hal-hal yang bukan merupakan kemaksiatan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling lapang dalam memudahkan perkara. Sebagaimana dikabarkan oleh istri beliau, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:

مَا خُيِّرَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ أَمْرَيْنِ قَطُّ إِلاَّ أَخَذَ أَيْسَرَهُمَا مَا لَمْ يَكُنْ إِثْمًا، فَإِنْ كَانَ إِثْمًا كَانَ أَبْعَدُ النَّاسِ مِنْهُ

“Tak pernah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diberikan pilihan di antara dua perkara, kecuali beliau pasti memilih yang paling ringan di antara keduanya selama perkara itu bukan suatu dosa. Apabila perkara itu suatu dosa, maka beliau adalah orang yang paling jauh darinya.” (HR. Al-Bukhari no.3560 dan Muslim no.2327)

Hadits ini menunjukkan disenanginya memilih sesuatu yang lebih mudah dan lebih ringan, selama hal itu bukan sesuatu yang haram atau makruh. (Syarh Shahih Muslim, 15/82)

Kelapangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini juga dialami sendiri oleh Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu yang melayani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam semenjak usia kanak-kanak. Anas radhiyallahu ‘anhu menceritakan:

لـَمَّا قَدِمَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِيْنَةَ، أَخَذَ أَبُو طَلْحَةَ بِيَدِي فَانْطَلَقَ بِي إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ أَنَسًا غُلاَمٌ كَيِّسٌ فَلْيَخْدُمْكَ. قَالَ: فَخَدَمْتُهُ فِي السَّفَرِ وَالْحَضَرِ، وَاللهِ مَا قَالَ لِي لِشَيْءٍ صَنَعْتُهُ: لِمَ صَنَعْتَ هَذَا هَكَذَا؟ وَلاَ لِشَيْءٍ لَمْ أَصْنَعْهُ: لِمَ لَمْ تَصْنَعْ هَذَا هَكَذَا؟

“Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, Abu Thalhah menggamit tanganku. Pergilah ia bersamaku menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya Anas adalah anak yang cerdas, maka izinkan dia melayanimu.’ Maka aku pun melayani beliau ketika bepergian maupun menetap. Demi Allah, tak pernah beliau mengatakan tentang sesuatu yang kukerjakan, ‘Mengapa kau lakukan hal ini seperti ini?’ Tidak pula beliau mengatakan tentang sesuatu yang tak kukerjakan, ‘Mengapa tidak kaukerjakan hal ini seperti ini?’.” (HR. Al-Bukhari no.2768 dan Muslim no. 2309)

Ketika Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu –yang saat itu masih kanak-kanak– enggan melakukan sesuatu yang beliau perintahkan, beliau tidak mencerca dan menghukumnya. Dikisahkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَحْسَنِ النَّاسِ خُلُقًا، فَأَرْسَلَنِي يَوْمًا لِحَاجَةٍ. فَقُلْتُ: وَاللهِ، لاَ أَذْهَبُ. وَفِي نَفْسِي أَنْ أَذْهَبَ لِمَا أَمَرَنِي بِهِ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَخَرَجْتُ حَتَّى أَمُرُّ عَلَى صِبْيَانٍ وَهُمْ يَلْعَبُوْنَ فِي السُّوقِ، فَإِذَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ قَبَضَ بِقَفَايَ مِنْ وَرَائِي، قَالَ: فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ وَهُوَ يَضْحَكُ. فَقَالَ: يَا أُنَيْسُ، أَذَهَبْتَ حَيْثُ أَمَرْتُكَ؟ قَالَ قُلْتُ: نَعَمْ، أَنَا أَذْهَبُ، يَا رَسُوْلَ اللهِ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik akhlaknya. Suatu hari, beliau pernah menyuruhku untuk suatu keperluan. Maka kukatakan, “Demi Allah, saya tidak mau pergi!” Sementara dalam hatiku, aku berniat untuk pergi guna melaksanakan perintah Nabiyullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku pun keluar hingga melewati anak-anak yang sedang bermain-main di pasar. Tiba-tiba muncul Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau memegang tengkukku dari belakang. Aku pun memandang beliau yang sedang tertawa. Beliau mengatakan, “Wahai Anas kecil, engkau pergi juga melakukan perintahku?” Aku menjawab, “Ya, saya pergi, wahai Rasulullah!” (HR. Muslim no. 2310)

Ini semua menunjukkan kesempurnaan akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bagusnya pergaulan, serta kesabaran dan kelapangan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Syarh Shahih Muslim, 15/70)

Namun jika suatu perkara itu merupakan perbuatan dosa, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tak segan untuk melarang. Seperti ketika cucu beliau makan sebutir kurma yang berasal dari kurma sedekah, sementara keluarga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam haram memakan sedekah. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan peristiwa ini:

أَخَذَ الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ تَمْرَةً مِنْ تَمْرِ الصَّدَقَةِ فَجَعَلَهَا فِي فِيْهِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ n: كِخْ كِخْ، ارْمِ بِهَا، أَمَا عَلِمْتَ أَنَّا لاَ نَأْكُلُ الصَّدَقَةَ؟

Al-Hasan bin ‘Ali radhiyallahu ‘anhuma memungut sebutir kurma dari kurma sedekah, lalu dia masukkan kurma itu ke mulutnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Kikh, kikh (tinggalkan dan buang barang itu, pent.)! Buang kurma itu! Tidakkah kau tahu, kita ini tidak boleh makan sedekah?” (HR. Muslim no. 1069)

Juga dalam permasalahan membiasakan ibadah shalat pada anak-anak. Ketika mengajarkan amalan yang agung ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan orangtua untuk memukul anak-anak yang enggan menunaikan shalat, meremehkan dan menyia-nyiakannya, jika mereka telah mencapai usia sepuluh tahun. Pukulan ini bukan untuk menyakiti si anak, melainkan untuk mendidik dan meluruskan mereka. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini disampaikan oleh ‘Amr ibnul ‘Ash radhiyallahu ‘anhu:

مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ

“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka bila enggan melakukannya pada usia sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur di antara mereka.” (HR. Ahmad, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Jami’ush Shaghir no. 5744: hadits ini hasan)

Demikian pula yang ada pada para sahabat. Mereka tidak segan bersikap keras bila melihat salah seorang dari keluarganya berbuat kemungkaran. Sebagaimana yang dilakukan oleh Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma ketika melihat salah seorang di antara keluarganya bermain dadu. Dikisahkan oleh Nafi’, maula Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma:

أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ إِذَا وُجِدَ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِهِ يَلْعَبُ بِالنَّرْدِ ضَرَبَهُ وَكَسَرَهَا

“Apabila Abdullah bin ‘Umar mendapati salah seorang dari anggota keluarganya bermain dadu, maka beliau memukulnya dan memecahkan dadu itu.” (Dikatakan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Adabul Mufrad no. 960: shahihul isnad mauquf)

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah ditanya tentang pendidikan terhadap anak yatim. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha pun menjawab:

إِنِّي لَأَضْرِبُ الْيَتِيْمَ حَتَّى يَنْبَسِطَ

“Sesungguhnya aku pernah memukul anak yatim sampai (menangis) tertelungkup.” (Dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Adabul Mufrad no.105: shahihul isnad)

Begitulah yang dilakukan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, sebagaimana orangtua terhadap anaknya. Dia memberikan hukuman pula pada anak yatim yang ada dalam asuhannya, sampai tertelungkup di atas tanah, sebagaimana yang biasa terjadi pada anak-anak bila dimarahi, mereka telungkup dan menangis. Pukulan ini dimaksudkan untuk memberikan pendidikan kepada si anak, bukan pukulan yang menyakitkan.

Inilah bimbingan Islam yang sempurna untuk kita –orangtua– dalam membimbing dan mendidik anak-anak kita, agar kita dapat mendudukkan sesuatu sesuai kadarnya dan meletakkan sesuatu pada tempatnya. Inilah pengajaran kepada kita yang akan mempertanggungjawabkan pendidikan anak-anak kita di hadapan Allah k.

وَالْـمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُوْلَةٌ عَنْهُمْ

“Seorang istri adalah penanggung jawab rumah tangga dan anak-anak suaminya serta kelak akan ditanya tentang mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 5188 dan Muslim no. 1829)

Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.
(www.asysyariah.com

Senin, 18 Februari 2013

Step-step membuat Nasi Kabsah ikan ala liburan Al Jubayl

Gelar lapak.... yang bagus mah di pinggir pantai atau di tengah gurun pasir

Masukan air buat masak nasi...

Tanak nasi sampe mateng....

Kurang lebih kayak beginilah....

Dari pada bengong...mending kupasin kulit udang

Panasin mentega buat numis udang....

Goreng udangnya....

Jangan lupa bawang....

Paprica....

Seledri...

Kayu manis, jeruk nipis, merica, lada... dan temen" nya....

Saus tomat asli blenderan....

kunyit.....

Tambah aer biar ga kering....

Sekarang saatnya goreng ikan....

Sambil nunggu ikan mateng..mending nyiapin kentang di dalam tempayan.

Kalo ikan udah mateng... masukan udang dan ikannya kedalam tempayan yg udah di isi kentang

Terus masukin nasi yang udah di masak... kalo mau lebih wangi bisa masukin daun jeruk atau daun salam bahkan dauh sereh pun bisa ditambahkan kalau mau lebih maknyus..

Tutup yang rapat dan kembali ditanak dengan api kecil biar aroma ikan dan rempah"nya berbaur dengan nasi yang sudah di masak tadi...

Biar ga bosen nunggu kabsah ikannya mateng...mending nyiapin lalapan..

Bisa juga nyiapin kopi atau teh diatas tungku api yang udah membara..

Kalo teh udah mateng... coba tengok nasi kabsahnya jgn sampe gosong

Kalo dah mateng...tuang ke atas nampan gede biar bisa di serbu bareng"...

Kalo udah gini...siap disantep sambil nikmati pemandangan alam....

Ga lengkap kayaknya kalo ga ada sambelnya.... 


Udah ahh...nguploadnya ga ketahan. bawaannya pengen makan aja! sampe lupa mau ngucapin sama yg udah ngirim gambar ini ke email gue.... special thanks juga buat Al Nokhetha atas gambar"nya yang exotic...

Jumat, 15 Februari 2013

Aneka masakan indonesia di al jubayl ala chef byan...

Ga terasa dah 4 tahun ngelewati hidup di negeri al anbiya. negeri petrol dan negeri bertempatnya 2 tanah haram... Dan seiring berjalannya waktu ga terasa juga dah banyak kuprak-kuprik di "dapoerkoe" yang menghasilkan aneka masakan nusantara yang terkadang di kolaborasikan dengan aneka makananan timur tengah. Dan dengan keterbatasan bumbu alhamdulillah dah mulai terbiasa masak masakan indonesia dan mulai mengurangi ketergantungan akan jajanan indonesia yang katanya udah mulai banyak terkontaminasi dengan "boraks, daging babi, daging tikus, ayam tiren, zat pewarna kain deelel..." yang kalo disebutin satu persatu bisa bikin kesel bin eneq untuk makannya walaupun dari segi rasa rada lebih enak hueheheheheeee..

1. Siomay.

Walau ga sekomplit di indo (karena kurang tahu ama pare) tapi dari segi rasa ga kalah yahuuud

2. Bakso
ini most wanted food in Al-Jubail...
3. Lontong Sayur.
Lumayan dagh buat ganjel perut tiap akhir pekan pagi hari...

4. Batagor..
    Mulai ketagihan... soalnya so simple and so maknyussss

5. Ayam Goreng sambel terasi...
    Meski harus import terasi from indo tapi ga apa" asal maknyussss

6. Sate ayam & Kambing


7. Sop Konro
    Walau ga seperti aslinya yg dari sulawesi tapi sudah muali mendekati laaahhhh

8. Martabak telor
   Susah-susah gampang akhirnya jadi jugaa
9. Bubur Ayam special Al Jubail
10. Risoles ala jubail....menu special ramadhan
11. Nai Kabsah daging kambing citra rasa indonesia...
 12. Nasi Uduk seafood
13. Pempek jubayl...


14. mie instant ayam bakso...


15. Ikan kue goreng balado

16. Masa orientasi sebelum lulus jadi master chef... with chef tohadi & chef bronto

Dan biasanya aneka jajanan ini di suguhkan pada saat special event... dan ga tiap hari juga, soalnya kadang rasa males datang menggelayuti perasaan...










.

Rabu, 06 Februari 2013

bejo return

Cerita bossnya si bejo

Seorang bos tiba-tiba melakukan sidak ke pabriknya untuk melihat kinerja pegawainya.

Di pabrik ia menemukan seorang pria muda sehat dan segar yang tengah bersandar santai-santai, sementara di ruangan itu semua pegawai sibuk bekerja.

Si bos segera menghampiri pria yg sedang berdiri santai itu dan bertanya, “Berapa gajimu sebulan?”

Dengan sedikit gugup pria itu menatap si bos dan menjawab,” hemmm… Rp1 juta pak, emangnya kenapa pak..?”

Si bos lalu mengeluarkan dompetnya dan mengambil lembaran-lembaran pecahan 100 ribuan lalu menyerahkan kepada pria itu sambil berkata, “Ini gajimu 3 bulan ke depan, Rp 3juta, pesangonmu!!  Cepat keluar, pergi dari sini. Jangan balik lagi!”

Dengan gugup dan setengah takut pria itu segera meninggalkan tempat itu tanpa banyak bicara.

Lalu dengan muka yang berwibawa si bos mendekati pegawai lain yg sejak tadi menyaksikan adegan tersebut. “Itulah nasib pekerja yang santai-santai di pabrik saya. Saya berhentikan saat ini juga. Tidak ada tawar-menawar. Kalian semua MENGERTI ?!?!? OK,
BTW adakah yang tahu dari divisi mana pemuda itu?” tanyanya.

Suasana jadi hening sampai akhirnya si bejo menjawab dg sedikit ketakutan, “Ia tidak bekerja disini pak, ia adalah pengantar pizza yg mengantar pesanan dan sedang menunggu bayaran dari saya…”

Bos: !@#$%*&^%

Si bejo udah lammmaaa banget ga ke restoran siap saji Mekdi. Timbul kerinduan yang sangat dalam untuk sekedar menyambangi restauran tersebut apalagi di tambah poster iklan singkat yang bertuliskan ""Satu paket untuk ayam hanya 5000 Rupiah". Tanpa bermaksud ngerjain...si bejo memberanikan diri untuk mampir. Dan awal kisah dimulai disini :

Mekdi : selamat siang dan selamat datang di mekdi. Ada yang bisa dibantu mas?

Bejo : Mau pesen paket 5000 nya mas...

Mekdi : Mau di bungkus atau dimakan disini mas?

Bejo : Di bungkus aja mas...soalnya buru-buru! (Sambil celingak-celinguk takut ketemu sama pramu saji yg ngejar-ngejar si bejo saat terakhir kesini)

Mekdi : Ada lagi mas?

Bejo : itu aja mas...cuma pengen nyobain keliatannya enak.

Mekdi : Silahkan mas ini pesanannya..

Bejo : koq isinya ga seperti yang ditulis di iklan...(dengan penasaran bejo akhirnya membuka bungkusan dari mekdi dan betapa terkejutnya si bejo ternyata isi paketnya cuma segenggam beras + segenggam jagung dan sedikit dedak.)

Mekdi : Ada yang salah dengan pesanannya mas?

Bejo : saya mesen yang kayak ditulisan iklan itu mas...

Mekdi : yaa itu pesanannya mas..""Satu paket untuk ayam hanya 5000 Rupiah"

bejo : Kena dech !@#$%^&*()(*&^%$#@!


Si Bejo Menelpon Pak RT

Setelah malang melintang di timur tengah ternyata si Bejo pulang dan diangkat menjadi petinggi desa. dan supaya komunikasi lancar, Bejo beliin HP dikasih ke Tono (Ketua RT).
Satu hari, bejo telpon si Tono. Tono tidak angkat-angkat tapi dia lari ke  rumahnya Pak Kades.

Bejo : “Ada apa kamu lari-lari kaya orang baru liat setan bagitu?! Saya telpon, kenapa kamu  gak  angkat ! Malah kamu datang ke sini lagi..!! Saya  beli in  itu HP buat apa aja…?!”

TONO : “Maaf, Pak! Saya liat ada tulisan “Pak Kades Memanggil” di layar HP, makanya saya  datang kasini. Coba dia tulis “Pak Kades Menelpon”, pasti saya  angkat HPnya.

Bejo : !@#$*&^%$#@”

Oh Ayam, Oh Monyet

Bejo : Hari ini gw kesel banget, deh !
Parto : Kepana emangnya jo?
Bejo : Inyong abis berantem sama tukang soto ayam.. Masa inyong beli soto ayam, gak ada ayamnya Parto : Lho koq bisa?
Bejo : Tapi yang bikin inyong sebel tuh pas inyong tanya “Bang !! Nih soto ayam, kok gak ada ayamnya !!?? ”
Parto : terus dia bilang apa ?
Bejo : Eh dia malah ngejawab “Emangnya kalo lu beli Jambu Monyet ada Monyetnya ???!!”

Percakapan Si Bule Dan Si bejo

Saat vacation bejo terserang penyakit dan atas saran Dokter, bejo dirujuk opname di sebuah rumah sakit di Singapura karena penyakit agak parah. Sesampainya di rumah sakit, si bejo dibawa ke kamar dan segera di infus. Beberapa jam kemudian, datang seorang bule yang keliatannya sakit parah dan sering berteriak mengigau dan dibaringkan di sebelah bejo. Si bule walaupun kelihatannya lemah, dan ngigau dia terkadang masih mencoba berkomunikasi dengan bejo.

Dia mengangkat tangannya dengan susah payah dan bilang, “American…”

Tugiyo yang dengan lemah, menjawab, “Indonesian..”

Setelah itu keduanya diam. karena si bule terlihat pingsan...

Beberapa menit kemudian mereka siuman dan mencoba berkomunikasi lagi..

Si bule berkata dengan lemas, “James..”

Dan dijawab dengan susah payah oleh bejo, “bejo..”

Mereka mencoba lagi melanjutkan pembicaraan,,

“Texas..” ujar si bule

Dijawab bejo, “Tegal..”

Si bule yang udah hampir kehabisan napas berkata, “Cancer..” (sakit kanker)

Dan dengan sisa-sisa napas yang ada bejo menyahut, “Sagitarius..”

!@#$%^&^%$#@!

Bejo kangen nelpon mekdi
Telp 14045 kriiiiiiinnggg…

Bejo : Halo Mekdi

Mekdi : halo dengan Mekdi pesan-antar

Bejo : ayamnya ada mbak?

Mekdi : ada

Bejo : mana mbak? saya pengen ngomong Sih. udah lama ga ketemu kangen euy!

Mekdi : Dasar gemblung.......!@#$%^^%$#@

Paijo & Bejo

Paijo baru pertama kali makan di Restoran, dan dia sedang mentraktir bejo..

Paijo : Ayo Jo kita pergi makan di Restoran..

Bejo: Aku lagi ga punya duit..

Paijo : Tenang, nanti aku sing bayar..

Bejo : Ok lah kalo begitu..

Paijo : Koe arep pesen apa jo? Aku arep pesen ikan bakar wae..

Bejo : Aku Gurame asem manis wae...

Setelah selesai makan, Paijo minta Bon kepada pelayan karena Dia ingin membayar tagihan… Begitu Bon datang, Paijo kagettttt luar bisa…..

Paijo : Waduhh.. Siapa ini yg pesan Sup mahal bangettt ???

Bejo : Mana? Coba lihat, Sup apa namanya..?

Paijo : Yang ini… Namanya "Sub Total"….. Siapa yang pesen????? kitakan ga pesen..

Bejo : !@#$*&^%$#@

Ayam bejo...

Paijo :Bejo tolong anterin ayam pesenan mang Juned 50.. Ini alamatnya (sambil ngasi kartu nama)

Bejo : Siap Jo...

Ayam-ayam itu diiket ke motor, 25 dikiri, 25 dikanan, Dijalan bejo terpeleset dan jatoh. Ayamnya pada kabur, tapi bejo malah ketawa- ketawa terpingkal- pingkal.

Warga yg ngeliat kecelakaan terheran- heran..

Warga : bejo, kenapa kowe? jatuh Kok lo malah ketawa- ketawa?”

Bejo : Itu ayam mau pada kabur kemana coba?…… Kan alamatnya ada sama aku….

Warga : !@#$(*&^%$