Rabu, 19 November 2014

Kitab putih mas bejo

Pagi ini rencananya mas bejo ingin menikamati indahnya pagi hari di tanah air tercinta. Dengan mengendarai sepeda onthel yang sedikit antiq mas bejo mulai menggoyes kendaraan roda dua tersebut ke arah krakatau junction. Rindu akan rindangnya pepohonan dan hijaunya rumput yang masih diselimuti embun disekitar lapangan krakatau steel membuat lengkapnya kebahagian ini. Tapi dalam hati ini ada yang kurang lengkap karena pagi ini tidak bisa sarapan Thamis dan satsuka plus tuna (huahahahahahahaaa)

impiannya tuk menguras keringat di krakatau junction harus buyar karena beberapa ruas jalan sudah dipadati oleh para pendemo kenaikan harga BBM, semua unsur masyarakat dah membludak memenuhi ruas jalan cilegon merak dan tidak ketinggalan para armada angkutan umum biru, merah, hijau berbaur seakan tak ada lagi perbedaan warna. Bahkan beberapa awak televisi nasional ikut-ikutan meliput berita yang mungkin menjadi trending topic di beberapa sosial media.

Tapi bukan si bejo namanya kalo tidak memanfaatkan segala situasi menjadi hal yang menyenangkan. Sepeda onthel diparkir di depan trotoar dan mencoba menikmati kondisi yang jarang di temui di gurun pasir dan ditemani sebungkus nasi uduk dan teh hangat (menu pengganti thamis). Dan ternyata tingkah mas bejo yang santai duduk di trotoar sambil sarapan nasi uduk di tengah hingar bingar masa yang berdemo membuat beberapa awak televisi tergelitk tuk mewawancarainya. dan ini kira-kira kutipan wawancaranya yang udah disadur ke dalam bahasa indonesia buat mempermudah pembaca memahaminya (kwekwekwekkk):

Wartawan: selamat pagi pak

Bejo: Pagi juga mba... ayo sarapan bareng.

Wartawan: makasih banyak mas....maap mas, boleh ganggu sebentar ga.. buat nanya-nanya\

Bejo: silahkan mba....saya ga terganggu koq

Wartawan: Gimana tanggapan bapak tentang kenaikan harga BBM?

Bejo: Wajar mba...  karena semua presidenku pernah menaikan harga BBM toh di masa jabatannya.

Wartawan: Tapi apakah langkah ini ga terlalu premature bila dibanding dengan masa jabatan beliau.

Bejo: Hal itu kan cuma masalah waktu aja mba.... tetep aja setiap kenaikan harga BBM merupakan kebijaksanaan yang tidak populis dan tidak pro-rakyat katanya.

Wartawan: Jadi kesimpulannya....mas ini pro kenaikan harga BBM atau kontra dengan kebijaksanaan tersebut?

Bejo: ini bukan masalah pro atau kontra mba.... ini masalah klasik yang selalu terulang

Wartawan: gimana kalo pertanyaannya saya ganti...mas ini termasuk orang yang setuju atau yang tidak setuju dengan keijakan tersebut?

Bejo: kalo saya ga setuju, emangnya harga BBM bisa ga naek gitu mba? nda toh! jadi sekali lagi saya tekankan.... ini bukan masalah setuju atau tidak setuju....ini masalah klasik yang selalu terulang.

Wartwan: Terus gimana sikap bapak mengenai kenaikan harga BBM saat ini?

Bejo: Santai aja.... tawaqal. bukannya rezeki itu udah ada yang ngatur. selama kita masih mau berusaha dan yakinlah rezeki tetep datang.

Wartawan: berarti bisa dikatakan bapak ga terpengaruh dengan efek kenaikan BBM?

Bejo: saya ga ngomong gitu lho... pastinya setiap warga negara akan merasakan efek domino dari kebijaksanaan tersebut.

Wartawan: Tapi tampaknya bapak tenang-tenang aja.... apakah bapak yakin kalo kebijaksanaan tersebut akan menguntungkan rakyat?

Bejo: Harus yakin mba.... Apalagi presiden saat ini. didukung sama partai yang katanya punya "Kitab Putih" yang katanya lagi punya 1001 solusi menambah pendapatan negara tanpa menaikan BBM

Wartawan: kayaknya bapak ini yakin banget kalo "Kitab Putih" bisa jadi solusi....

Bejo: Putih identik sama Suci mba.... apalagi yang nerbitin kan orang yang dulu walk out saat kenaikan BBM zaman dulu... dan ssat ini jadi orang yang all out mendukung kebijaksanaan tersebut saat ini.

Wartawan: Ngomong-ngomong.... apakah bapak pernah membaca isi kitab putih tersebut? sampai bapak begitu bisa yakin kalo isinya begitu ampuh bisa menyelesaikan permasalahan tersebut?

Bejo: Boro-boro bisa ngebaca mba.... lha wong namanya juga kitab putih. isine putih kabeh koyok buku anyar. ra ono tulisane barblas (translate: Boro-boro bisa di baca mba... namanya juga "kitab putih"... isinya warna putih semua kayak buku baru yang tidak ada tulisannya sama sekali)

Wartawan: !@#$%^&*((*&^%$#@!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda di sini