Selasa, 10 Februari 2015

catatan perjalan 6 tahun...

Alhamdulillah sampai saat ini masih di kasih kesempatan tuk mencari rezeki dan mencari ilmu di negeri yang penuh berkah. Negeri yang tandus, negeri yang sulit mencari tanah yang gembur tapi semangka, melon, tomat dan pastinya kurma berlimpah ruah pada musim panas tiba. Dan negeri yang tandus tapi alhamdulillah tidak pernah saya temui kondisi dimana kekurangan air bersih. Dengan membangun fasilitas penyulingan air laut terbesar di dunia dan alhamdulillah kendala air bersih bisa diatasi.... nikmat mana lagi yang akan di ingkari?

Pastinya banyak pro dan kontra kalo ada tulisan saudi arabia....bahkan ada "pandangan yang sedikit miris" melihat beberapa orang teman yang ga mau mengakui kalo mereka kerja di saudi arabia dan lebih senang menyandang expariat di middle east ketimbang disebut TKI Saudi. mungkin dikarenakan jumlah TKI Informal saudi lebih banyak ketimbang TKI Formal? saya rasa ga juga sih.... emang apa salahnya jadi TKI Informal? mungkin mereka punya pengalaman yang sama seperti saya... yang udah dandan rapih-rapih pas mau pulang ke indonesia tapi tetep aja pas lagi ngobrol sama orang indo di bandara transit....kita di sebutnya "sopir yaa pak?"

Tapi saya bukan mau bahas masalah sopir atau TKI saudi arabia....

Saya cuma mau membahas kebiasaan sebagian kecil manusia...terutama di indonesia yang terpecah jadi dua kubu. ada kubu saudi lover dan satunya lagi kubu saudi haters. mirip-mirip dikit sama saat pilpres kemaren yang mau tidak mau harus di akui kalo indonesia terpecah menjadi dua kubu. Dan biasanya kubu haters itu di dukung sama organisasi-organisasi yang ga pengen dakwah sunnah berkembang alias oraganisasi yang ingin dakwah sunnah redup. Modus operandi para haters biasanya selalu di sisipi dengan "kemesraan" antara saudi arabia dan amerika. padahal kalo kita mau ngeliat beberapa riwayat...pastinya kita sadar kalo berdagang/kerjasama dalam bidang perdagangan atau kerjasama dalam bidang militer dengan kafir itu bukan suatu yang terlarang, alasannya?

1. Tentang kerjasama perdagangan dengan orang-orang kafir tidak ada satupun dalil syar’i yang melarang bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berjual beli dengan orang-orang Yahudi, bahkan ketika beliau meninggal baju besi beliau masih tergadai di tempat orang Yahudi untuk membeli makanan keluarganya [Shahih Bukhari 3/1068]

Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata : “Hadits ini menunjukkan bolehnya mu’amalah dengan orang kafir pada sesuatu yang belum terbukti keharamannya” [Fathul Bari 5/141]

Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam berkata ; “Hadits ini menunjukkan tentang bolehnya mu’amalah dan jual beli dengan orang-orang kafir, dan bahwasanya hal ini tidak termasuk muwalah (loyalitas) kepada mereka” [Taudhihul Ahkam 4/75]

2. Demikian juga kerjasama militer dengan orang-orang kafir bukankah bentuk wala’ kepada mereka bahkan ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat hijrah ke Madinah bersama Abu Bakar, beliau mengupah seorang kafir dari bani Dil sebagai penunjuk jalan, dan mengantar keduanya sampai ke Madinah. [Shahih Bukhari 2/790]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bekerjasama dengan kabilah Khuza’ah yang musyrik dalam Fathu Makkah. [Lihat Musnad Ahmad 1/179]

Al-Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata :”Sesungguhnya meminta bantuan orang musyrik yang bisa dipercaya dalam jihad adalah dibolehkan jika diperlukan, karena mata-mata beliau di Al-Khuza’i waktu itu masih kafir” [Zadul Ma’ad 3/301]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah meminta bantuan Shofwan bin Umayyah pada waktu perang Hunaian dalam keadaan Shofwan waktu itu masih kafir. [Diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Dawud, Nasa’i dan yang lainnya dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Irwaul Ghalil 5/344, lihat Shaddu Udwanil Mulhidin hal. 49]

Terus terang saya bangga menjadi salah satu lover-nya saudi arabia. dan saya yakin mungkin akan ada yang bilang....yaa jelas dia saudi lovers, lha wong dah 6 tahun mangan gaji ning saudi. Tapi terus terang susah rasanya saya menjadi salah satu haters... mau tau alasannya kenapa saya ngaku sebagai salah satu saudi lovers:

  • Negeri yang di dalamnya terdapat dua tanah suci (Harammain)
  • Negeri yang menjadi pelindung utama dakwah tauhid.
  • Negeri yang sukses mendistribusikan kemakmuran terhadap segenap rakyatnya.
  • Negeri yang sukses menegakkan keamanan di segenap penjuru wilayahnya.
  • Negeri yang konsisten dengan hukum Islam di tengah moderenitas
itu baru secara garis besarnya...kalo mau lebih dalem lagi....ntar coba ana jelasin basen on pengalaman ana di saudi:

1.Satu hal yang saya kagumi dari Saudi diantaranya dalam bidang pendidikan, lewat kebijakan pemberian beasiswa besar-besaran kepada para pelajar Muslim untuk melanjutkan studi ke negeri tersebut serta pendirian universitas-universitas Islam di mancanegara maupun sumbangan dana kepada yayasan yang menaungi dakwah di berbagai penjuru dunia. belum lagi kebijaksanaan internal yang mendukung para intelektual muda saudi tuk menuntut ilmu setinggi-tinggi dengan beasiswa dari pemerintah.




2.Hal lain adalah bantuan luar negeri bagi para saudara seimannya, seperti yang dilakukan kepada para pengungsi Rohingya. Bila kehidupan warga Muslim Rohingya di negara asalnya sangat memprihatinkan akibat kebijakan represif penguasa Buddhist, serta yang mengungsi ke negara lain pun nasibnya terkatung-katung, tidak demikian dengan warga Muslim Rohingya di Saudi. Semenjak kerajaan petrodollar tersebut menawari perlindungan keamanan kepada pengungsi Rohingya di tahun 1968, hingga saat ini terdapat ratusan ribu umat Muslim Rohingya yang tinggal di negeri kelahiran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam itu. Bahkan pada Maret lalu, pemerintah Saudi memberikan status kewarganegaraan kepada 250 ribu Muslim Rohingya. Itu artinya kini mereka berhak atas fasilitas kesehatan, pendidikan, dan hak mendapatkan pekerjaan yang setara dengan penduduk lokal. “Dunia baru menyadari penderitaan Rohingya di Burma kurang dari setahun lalu. Tapi Arab Saudi adalah negara satu-satunya yang peduli penderitaan mereka sejak lama,” kata Abdullah Marouf, sekretaris jenderal komunitas Burma dan kepala Global Rohingya Center di Jeddah



Muslim Rohingya di Arab Saudi

3.Itu belum seberapa....saya juga bangga karena Saudi tak hanya baik terhadap Muslim Rohingya pemerintah Saudi memberikan uluran tangan. Tatkala terjadi tsunami Aceh penghujung tahun 2004, pemerintah dan rakyat Saudi juga menyumbang US$ 530 juta (Rp 4,8 triliun), di mana semua sumbangan itu berbentuk hibah.




4.Di kesempatan lain, pasca terjadinya serangan udara secara ofensif pasukan zionis terhadap jalur Gaza selama beberapa pekan di awal tahun 2009, pemerintah dan rakyat Arab Saudi juga memberikan bantuan senilai 1 miliar dollar untuk rehabilitasi kota Gaza. dan bantuan itu sampai saat ini masih terus berjalan. Sayangnya, besarnya sumbangan Saudi kepada dunia Islam memang jarang terekspose media lantaran berita yang semacam itu dianggap ‘kurang menjual’


Bantuan saudi arabia buat saudaranya di GAZA

sebetulnya masih banyak yang bisa saya sampaikan.... tapi berhubung dah larut malam dan saya harus kerja..kerja...dan kerja huahahahahaaaaa. bukan itu maksud saya.... saya harus tidur awal karena umur dah tua, takut ketinggalan subuhnya. ntar lain kali di sambung yaaa












Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda di sini