Sabtu, 05 Agustus 2017

Belajar dari kisah seorang pria yang dibakar hidup-hidup

Membaca kisah seorang pria yang dibakar hidup-hidup hanya karena dituding mencuri amplifier mesjid. Tiba-tiba saja pikiran alam bawah sadar saya terhanyut ke tahun 2004 dimana isu kolor ijo begitu marak berseliweran dan membuat masyarakan resah dan mengambil caranya sendiri untuk menghakimi.

ini semua bukan sekedar isapan jempol semata tapi mata ini menjadi saksi bahwa nyawa orang begitu murah dan begitu mudah melayang. kepercayaan masyarakat terhadap pihak yang berwenang sepertinya sudah memudar atau kekesalan masyarakat yang sudah sangat memuncak.

Mulai dari melihat sekilas dari atas mobil akan korban yang masih bergerak ketika api membakar sekujur tubuhnya hingga melihat sendiri didepan rumah seorang pencuri sepeda butut nayris pingsan ketika tangan dan kaki diikat sedang api di tong sampah sudah mulai membara setelah disiram bensin dan pekik teriakan massa yang tak henti-henti berteriak BAKAR...BAKAR...BAKAR... BIAR KAPOK.

Bahkan hal itu pernah di alami sendiri ketika harus pulang kerja malam (sekitar jam 01:00 dini hari), pulang dengan kondisi ngantuk dan badan dilapisi jaket dan celana berwarna hitam-hitam, tiba-tiba segerombolan orang mengepung sampil berteriak... Ninja...Ninja. Alhamdulillah disela teriakan masih ada orang yang mengenali sambil berucap....tahan, ini mah jamaah sholat jum'at di mesjid belakang.

Semua itu masih tampak jelas dalam ingatan...
Keberingasan massa yang seakan tidak lagi memiliki rasa kasihan....
Kekesalan massa akibat isu yang tidak juga tuntas....
Rasa puas massa yang nyaris tidak meninggalkan sedikit rasa penyesalan...

Ada beberapa poin yang menurut kaca mata saya menjadi sumber kenapa massa sangat mudah terprovokasi dengan isu atau hanya dengan satu teriakan MALING. maka mampu merubah mereka yang santun menjadi beringas....


  1. Hilangnya rasa percaya massa terhadap pihak-pihak yang berwajib....
  2. Akumulasi terhadap kejahatan yang sering terjadi...(tingginya tingkat kriminalitas) 
  3. Besarnya pengaruh isu-isu yang berkembang (kalo pinjam bahasa kekinian.. berita yang terlalu sering digoreng di media mainstream mampu merubah prilaku seseorang)
  4. Rendahnya ilmu agama yang berkembang dimasyarakat...
Saya ga mau membahas semuanya hanya beberapa poin aja...diantaranya:

1. Pengaruh isu-isu yang berkembang...

Sebagai seorang muslim sudah sangat gamblang pedoman kita untuk menghadapi isu-isu yang berkembang ditengah kehidupan kita. Dan bagaimanakah seharusnya sikap seorang muslim terhadap berita-berita yang belum jelas kebenarannya itu.

Allah berfirman,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. 

[Al Hujurat : 6].

Jadi semestinya sebagai seorang muslim bila mendengar atau melihat berita yang "DIGORENG" sampe mateng dan renyah baik lewat media televisi atau seliweran melalui media sosial. Maka kita harus memeriksanya dengan sangat telitu atau kamu akan sengat menyesal. Bagaimana ga menyesal kalo kita sudah menghilangkan nyawa seorang muslim sedangkan nyawa seorang muslim itu menurut islam.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عِنْدَ اللهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ.

Hancurnya dunia lebih ringan di sisi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang muslim.

As-Sunanul-Kubra lin-Nasâ`i.

2. Renadahnya ilmu agama yang berkembang dimasyarakat...

Seandainya mereka sudah tau begitu berharganya nyawa seorang muslim dan bagaimana sikap muslim dalam menghadapi isu yang berkembang, insayaAllah hal seperti itu (membakar muslim hidup-kidup) tidak akan terjadi. Terlebih lagi proses menghilangkan nyawa itu dilakukan secara membakar dengan api. padahal dalam islam bagaimana sih hukum membunuh nyawa dengan api itu?

Kita dilarang membunuh  dengan cara membakar. Ini berdasarkan riwayat dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan,

بَعَثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْثٍ فَقَالَ: «إِنْ وَجَدْتُمْ فُلاَنًا وَفُلاَنًا فَأَحْرِقُوهُمَا بِالنَّارِ»، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ أَرَدْنَا الخُرُوجَ: «إِنِّي أَمَرْتُكُمْ أَنْ تُحْرِقُوا فُلاَنًا وَفُلاَنًا، وَإِنَّ النَّارَ لاَ يُعَذِّبُ بِهَا إِلَّا اللَّهُ، فَإِنْ وَجَدْتُمُوهُمَا فَاقْتُلُوهُمَا»

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus kami dalam satu pasukan perang. Beliau bersabda, “Jika kalian ketemu dengan si A dan si B, bakarlah mereka.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan ketika kami hendak berangkat, “Kemarin saya perintahkan kalian untuk membakar si A dan si B, akan tetapi api adalah benda yang tidak boleh digunakan untuk menyiksa (membunuh) kecuali Allah. Jika kalian ketemu mereka bunuhlah.” (HR. Bukhari no.3016)

Demikian pula hadis dari Hamzah bin Amr Al-Aslami, beliau bercerita:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَّرَهُ عَلَى سَرِيَّةٍ قَالَ: فَخَرَجْتُ فِيهَا، وَقَالَ: «إِنْ وَجَدْتُمْ فُلَانًا فَأَحْرِقُوهُ بِالنَّارِ». فَوَلَّيْتُ فَنَادَانِي فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ: «إِنْ وَجَدْتُمْ فُلَانًا فَاقْتُلُوهُ وَلَا تُحْرِقُوهُ، فَإِنَّهُ لَا يُعَذِّبُ بِالنَّارِ إِلَّا رَبُّ النَّارِ ».

Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutusnya bersama pasukan perang, ketika hendak berangkat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan, “Jika kalian menjumpai si A, bakarlah dia dengan api.” Kemudian aku berangkat. Lalu beliau memanggilku dan aku kembali dan beliau berpesan, “Jika kalian menangkap si A, bunuhlah dan jangan kalian bakar. Karena tidak boleh menyiksa dengan api kecuali Tuhannya api (yaitu Allah).” (HR. Abu Daud 2673 dan dishahihkan Al-Albani)

Dalam riwayat yang lain, dari Ikrimah, beliau menceritakan:

أُتِيَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِزَنَادِقَةٍ فَأَحْرَقَهُمْ فَبَلَغَ ذَلِكَ ابْنَ عَبَّاسٍ فَقَالَ لَوْ كُنْتُ أَنَا لَمْ أُحْرِقْهُمْ لِنَهْيِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُعَذِّبُوا بِعَذَابِ اللَّهِ وَلَقَتَلْتُهُمْ لِقَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ بَدَّلَ دِينَهُ فَاقْتُلُوهُ، فَبَلَغَ ذَلِكَ عَلِيًّا، فَقَالَ: صَدَقَ ابْنُ عَبَّاسٍ

Di bawah ke hadapan Khalifah Ali radhiallahu ‘anhu beberapa orang zindiq (mereka mengkultuskan Ali dan menganggapnya sebagai tuhan), lalu Ali bin Abi Thalib membakar mereka. Berita ini pun sampai kepada Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, lalu beliau berkata, “Kalau aku, aku tidak akan membakar mereka. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammelarangnya dalam sabda beliau, “Janganlah kalian menyiksa dengan siksaan Allah“, namun aku tetap akan membunuh mereka berdasarkan sabda Rasulullah shallawahu ‘alaihi wa sallam: “Barangsiapa mengganti agamanya maka bunuhlah”. Ucapan Ibnu abbas ini pun sampai kepada Ali, dan Ali berkomentar: “Benar apa yang dikatakan Ibnu Abbas.” (HR. Bukhari, Nasai, Turmudzi, Abu Daud)

Saya hanya bisa berharap agar kejadian ini merupakan yang terakhir dan tidak terulang kembali. mari kita doakan  semoga Allah subhanallahu wataala mengampuni dosa dan kesalahan kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda di sini