Selasa, 01 Agustus 2017

don't judge the book from the cover

Kejadian ini sudah cukup lama kejadiannya.. tapi saya perhatikan setiap pulang ke indonesia selalu saja mendapati kejadian yang hampir serupa dan saya rasakan sedikit menggelitik hati kecil. Segala rasa bercampur menjadi satu dan membuat ga bisa berbuat apa apa....

Berawal dari saat saya harus berdiam diri di rumah sakit ketika ayah saya (Allahu yarham) terbaring dirumah sakit. Begitu mendengar kabar tentang sakitnya salah satu orang yang sangat saya cintai maka saat itu juga saya langsung mengemas barang-barang seadanya dari saudi untuk segera menuju ke indonesia. Dikarenakan pakaian saya kebanyakan adalah thob (baju ghamis khas arab) maka mau ga mau isi koper saya saat itu hanya ghamis dan sedikit coklat untuk oleh-oleh kerabat di indonesia.

Dan ketika saya menginjakan kaki di bumi pertiwi, saya langsung menggunakan taxi dari bandara menuju ke rumah sakit tempat ayah saya di rawat. setibanya dirumah sakit saya yang masih menggunakan baju thob hanya bisa pasrah melihat kondisi orang tua yang sudah terbujur lemah tak berdaya. dan saya putuskan untuk tidak pulang ke rumah hingga kondisi orang tua saya benar-benar pulih.

kejadian yang membuat saya tidak bisa melupakan bermula dari saat saya hendak sholat subuh di salah satu mushola di lingkungan rumah sakit. saya yang masih menggunakan baju thob langsung menuju mushola kala adzan subuh berkumandang.... usai menunaikan sholat sunnah maka iqamah langsung di kumandang dan ternyata tanpa diduga mayoritas jamaah menyuruh saya tuk menjadi imam.

Jamaah: silahkan pak ustadz...

Ana: silahkan imam musholanya saja... saya masih musafir

Jamaah: Imamnya ga ada pak ustadz, silahkan

Alhamdulillah sholat subuh akhirnya selesai di tegakkan dan seusai berdzikir ba'da sholat fardu dan saya hendak beranjak dari tempat sholat, saya agak terkejut dikarenakan jamaah sholat subuh sudah duduk berbaris seperti orang antri ingin bertanya kepada orang yang duduk dihadapannya.

Jamaah: Assalamu'alaikum pak ustadz

Ana: Wa 'alaikum salam... maaf tolong jangan panggil saya ustadz karena saya belum pantas menyandang gelar tersebut.

Jamaah: Ah bisa aja pak ustdz nih...Begini pak Ustadz. boleh saya bertanya tanya tentang masalah agama?

Ana: Sekali lagi saya mohon maaf... jangan panggil saya dengan ucapan ustadz karena saya merasa belum pantas dan kadar keilmuan saya masih sangat jauh untuk sekedar di panggil ustadz. panggil saja saya FABIAN.

Jamaah: Beginilah sifat ustadz yang tawadhu... semakin tinggi tingkat keilmuan beliau semakin merendah dan tidak mau sedikitpun memperlihatkan kesombongan atas apa yang sudah dimilikinya. (jamaah yang lainpun ikut manggut-manggut)

Ana: (dalam hati ana cuma mikir sambil nelen ludah..mesti ngomong apa. Jujur salah ga jujur tambah salah) begini aja ya bapak-bapak... mending kita ngobrol yang ringan ringan aja. ngomong-ngomong bapak-bapak ini asalnya dari mana yaa? (salah satu trik untuk mengalihkan perhatian)

Jamaah: saya dari sini ustadz... kalo ana dari kampung ini ustadz (timpal para jamaah) Jadi begini pak ustadz, ada hal yang saya ingin tanyakan mengenai.... bla..bla..bla.. yang intinya mengenai fiqih dan membutuhkan jawaban yang ga boleh ngawur.

Ana: sejujurnya sehubungan dengan pertanyaan antum, saya hanya bisa jawab "saya tidak tahu jawabannya. tapi kalo antum mau bersabar. InshaaAllah ba'da sholat dhuhur akan coba saya jawab setelah saya bertanya dengan guru saya. beliau orang yang tepat untuk menjawab pertanyaan beliau.

Jamaah: Masya Allah Ustadz, Ustadz ini sangat hati-hati. sebenarnya saya yakin ustadz bisa saja menjawab sekarang tapi karena tidak mau dibilang jago atau berilmu mangkanya. ustadz berpura-pura tidak mau menjawab sekarang. yaa udah pak ustadz inshaa Allah setelah sholat dhuhur saya tunggu jawabannya. kasihan jamaah yang lain masih banyak yang mau bertanya...

Ana: dalam hati hanya bisa berujar...Yaa Allah. Saya harus berbuat apa? ini jamaah mana banyak lagi yang masih setia antri. Mohon maaf bapak bapak... saya ini di saudi arabia adalah seorang TKI dan bukan ustadz.

Jamaah: Ga apa apa pak Ustadz... kami senag koq ustadz mau mendengarkan pertanyaan dari kami.

Ana: begini saja yaa pak... semua pertanyaan bapak-bapak saya catat di handphone inshaa Allah sama seperti bapak yang pertama, akan saya coba tanyakan sama ustadz saya. dan jawabannya akan saya berikan seuasai sholat dhuhur. Karena saya terus terang tidak tahu jawabannya saat ini.

Setelah semua jamaah betanya dan saya pun mencoba pamit untuk mengakhiri segala kesalahpahaman ini... Baik bapak bapak kalo sudah tidak ada lagi yang bisa kita obrolin maka saya pamit balik lagi ke ruang perawatan.

dari kisah ini ada beberapa hal penting yang bisa saya petik hikmahnya:


  1. melihat orang berjenggot dan berbaju ghamis tidak berarti secara otomatis beliau itu adalah seorang ulama atau seorang ustadz. 
  2. Memjawab pertanyaan yang berkaitan dengan ilmu agama dengan jawaban SAYA TIDAK TAHU adalah jawaban yang terbaik, karena apabila kita menjawab dengan jawaban yang salah maka besar konsekuensinya, bisa bisa kita menyesatkan orang yang bertanya.
  3. Buat temen-temen yang bekerja di saudi arabia... jangan malas menuntut ilmu. karena bisa jadi dan sangat tidak mustahil hal ini terjadi pada kita semua. maka persiapkan diri kita. minimal kalo ga bisa jadi ustadz, ya bisa jadi imam sholat di mushola, dan kalaupun belum sanggup jadi Imam maka bisa jadi muadzin. dan kalau belum bisa jadi muadzin minimal bisakan jadi makmum.

1 komentar:

  1. Assalamualaikum,

    tulisan yang sarat pesan. Barakallahu fiik.

    Saya WNI hidup di KSA, pun kadang mendapat pertanyaan seputar kajian islam.
    Setelah membaca artikel ini, membuat saya jadi berani mengatakan "Maaf Saya Tidak Tahu".

    Saya jadi malu ... kudu semangat belajar #motivasi_diri

    Ijin share ya mas, sangat bermanfaat.

    Saya follow blog-nya.

    Jazakallahu khairan.

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar anda di sini