Rabu, 17 Oktober 2012

Sembilan Nasehat Buat Anda Yang Menunaikan Ibadah Haji Dan Umrah" (bagian 2)


NASEHAT KEEMPAT

Saudaraku! Anda telah bersaksi bahwasanya Nabi dan orang yang kita cintai Muhammad Shallallahu `alaihi wasallam adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, sebaik-baik makhluk ciptaan-Nya dan pengemban amanah atas wahyu yang diturunkan-Nya. Allah mengutusnya sebagai rahmat untuk seluruh alam dan dijadikan-Nya Beliau sebagai imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertakwa, sekaligus menjadi hujjah (bahwa Dia telah menyampaikan syari`at) atas seluruh ciptaan-Nya. Beliau telah menyampaikan risalah, meng-emban amanah, menasehati umat dan telah meninggalkan kita di atas hujjah yang jelas, di mana malamnya (begitu jelas) bagaikan siangnya, yang tidak seorangpun menyimpang darinya kecuali orang yang binasa. Dengannya Allah memberikan petunjuk dari kesesatan dan dengannya pula Allah membuka mata dari kebutaan. Allah telah mengangkat derajat Beliau, melapangkan dadanya, melepaskan darinya kesalahan-kesalahan dan merendahkan serta menghinakan orang-orang yang menyalahi perintahnya.
Maka semoga shalawat dan salam dari Allah Subhanahu wa Ta`ala selalu tercurah kepadanya dan kepada keluarga serta seluruh sahabatnya, begitu pula kepada orang-orang yang berdakwah (sesuai) dengan dakwahnya, mengikuti sunnahnya dan menapaki jejaknya serta berjalan di atas jalan dan manhaj (metode)nya sampai hari kiamat.
Allah telah mewajibkan kepada hamba-hamba-Nya untuk mentaati Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam, mencintainya, menghormatinya dan menunaikan hak-haknya. Maka apakah kewajiban kita kepada Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam itu, wahai saudaraku?
Sesungguhnya Beliau mempunyai hak-hak yang besar yang mesti kita tunaikan, antara lain:
1. Banyak-banyak mengucapkan shalawat dan salam kepadanya, sesuai firman Allah:

 إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا .

"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi (Muhammad). Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuknya dan ucapkanlah salam penghor-matan kepadanya". (QS. Al Ahzab: 56)

Dan Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:

 مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً وَاحِدَةً، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً .

"Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, niscaya Allah akan bershalawat (sebagai balasan) kepadanya sebanyak sepuluh kali".

Dan ketahuilah saudaraku, bahwa sebaik-baik shalawat kepada Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam adalah bershalawat dengan cara yang dicontohkan Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam kepada para sahabatnya, sebagaimana disebutkan dalam kitab "Shahih Al Bukhary" dan "Shahih Muslim" sabda Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam kepada para sahabatnya (ketika turun ayat di atas): "Katakanlah:

 اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَِجيدٌ .

"Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada Nabi Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim. Dan turunkanlah keberkatan kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkati Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguh-nya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia"( ).
2. Mencintai Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam dengan kecintaan yang sungguh-sungguh tertanam dalam hati, dan mendahulukan kecintaan tersebut di atas kecintaan kepada siapa-pun (di antara makhluk). Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:

 لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ

"Tidaklah  beriman seseorang kamu, sampai aku lebih dicintainya dari anak-anaknya, ibu bapaknya, dan seluruh manusia"

Di antara bukti dan konsekwensi cinta kepada Beliau Shallallahu `alaihi wasallam, adalah mengikutinya, beradab dengan adab-adabnya, mendahulukan perintahnya di atas ridha siapapun  dari manusia dan menahan diri dari apa-apa yang dilarangnya.
3. Menaatinya dalam setiap perintahnya, membenarkan setiap apa yang dikabarkannya dan menjauhi seluruh yang dilarangnya. Allah berfirman:

 وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumanNya". (QS. Al Hasyr: 7)
Dan Allah berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَاللهُ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ

"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu  dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Ali Imran: 31).
Allah juga berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْراًتَسْلِيمًا.

"Maka demi Tuhanmu, mereka (sebenarnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya". (QS. An Nisaa': 65)
5. Janganlah hendaknya kita menyembah Allah kecuali dengan cara-cara yang disyari`atkan dan diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam, bukan menurut pandangan akal, hawa nafsu, bid`ah dan yang sesuai dengan keinginan kita serta tidak pula menurut kebiasaan-kebiasaan (tradisi) yang kita warisi dari bapak-bapak dan kakek-kakek kita. Akan tetapi, haruslah dengan cara yang benar, yang datangnya dari Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam, karena Beliau adalah penyampai risalah dari Tuhannya, dan Beliau telah menyampaikan risalah tersebut, telah mengemban amanah dan menasehati umat, sehingga tidak ada suatu kebaikanpun kecuali telah ditunjukkannya kepada kita dan tidak ada pula suatu keburukan-pun kecuali telah diperingatkannya kepada kita. Kita menjadikan bapak-bapak dan ibu-ibu kita sebagai tebusan bagi Beliau, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Beliau. Allah telah menyempurnakan nikmat dengannya, dan dengannya pula Dia telah menyempurnakan agama ini, sehingga tidak ada kebaikan kecuali dengan apa yang telah disyari`atkannya. Allah berfirman:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا
.
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu dan telah Kuridhai Islam itu menjadi agama bagimu". (QS. Al Maa'idah: 3)

NASEHAT KELIMA

Tahukah anda, wahai saudara-saudaraku jemaah haji –semoga Allah memuliakan anda dengan ketaatan kepadaNya-, bahwasanya di antara kewajiban-kewajiban yang paling penting diperhatikan oleh umat saat ini –dalam luasnya lautan peristiwa yang menimpa dan garangnya gelombang yang menghadang serta berkumpulnya seluruh (kekuatan) manusia untuk memerangi umat ini, ditambah lagi dengan suasana permusuhan yang terbuka dan terang-terangan dari seluruh kaum kafir terhadap umat Islam- adalah memperhatikan dan mementingkan masalah aqidah, yaitu dengan cara memberikan perhatian besar dalam melurus-kannya, menyaringnya, dan membersihkannya (dari kesyirikan), karena sesungguhnya hanya aqidah yang luruslah yang dapat memberikan kepada umat ini keistimewaan di atas umat-umat yang lain. Dan aqidah yang lurus pula yang dapat mencegahnya dari kecenderungan (menyimpang) dan meleburkan diri bersama-sama dengan umat-umat yang kafir, sebagaimana yang diinginkan dan direncanaka oleh umat-umat kafir tersebut.
Aqidah jugalah yang dapat menyatukan kalimat kaum muslimin, mengarahkan (sikap) permusuhan kepada musuhnya (yang sebenarnya) yang selalu menunggu kesempatan. Dan aqidah pula yang dapat memberikan gambaran yang tepat terhadap rencana-rencana dan keinginan-keinginan musuh. Pendeknya, aqidah ini akan memberikan keistime-waan kepada umat ini di atas umat-umat yang lain.
Di antara perkara-perkara aqidah yang paling penting –yang akan menjaga keberadaan umat ini dan mencegahnya dari kecenderungan (mengikuti) umat-umat yang kafir serta menjadikannya berada di atas persatuan dan ikatan (ukhuwah) yang kuat- adalah masalah al wala' (cinta dan kesetiaan penuh kepada Allah dan Rasul-Nya) dan al bara' (sikap permusuhan terhadap orang-orang kafir). Musuh-musuh Islam sangat ingin dan berkepen-tingan mengikis habis aqidah wala' dan bara' ini dari kehidupan kaum muslimin, sehingga mereka untuk mewujudkan keinginan tersebut mereka menempuh berbagai usaha dan upaya. Namun, berhasilkah mereka mewujudkan keinginan ter-sebut, sementara Allah Ta`ala telah mewajibkan kepada setiap muslim untuk berlindung kepada Allah dari jalannya orang-orang Yahudi dan Nashrani paling sedikit tujuh belas kali dalam sehari semalam? Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:

 لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ 

"Tidak ada (sah) shalat bagi orang yang tidak membaca surat Al Fatihah" 

Maka apakah anda menyangka bahwa dengan mengubah pendirian kaum muslimin secara paksa akan melenyapkan akidah (wala' dan bara') mereka tersebut, sementara mereka selalu membaca di waktu siang dan malam:

اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ * صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمْتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ

"Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalannya) orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula (jalannya) orang-orang yang sesat"?! (QS. Al Fatihah: 6-7).

Maksud "bukan jalannya orang-orang yang Engkau murkai" -yaitu orang-orang Yahudi- di mana mereka memiliki ilmu tapi mereka tidak mengamalkannya, "dan bukan pula jalannya orang-orang yang sesat" –yaitu orang-orang Nashrani- yang menyembah Allah dengan dasar kebodohan (tanpa ilmu) dan kesesatan.
Sesungguhnya ayat-ayat Al Quran yang ada di tangan setiap muslim telah mencegah kaum muslimin dari kecenderungan,  mempercayai atau membenarkan orang-orang kafir, apalagi untuk mengikat tali persahabatan dengan mereka, bagai-manapun jenis kekafirannya. Al Quran telah menjelaskan dengan sejelas-jelasnya tentang tauhid ibadah, loyalitas (kesetiaan) dan permusuhan (atau kebencian terhadap orang-orang kafir) dari segala segi, agar umat ini memiliki identitas yang jelas serta menjadi seperti jasad yang satu dalam seluruh amal dan keadaannya. Sungguh, kepercayaan kepada orang-orang kafir, pembenaran terhadap berita-berita yang mereka sampaikan, begitu pula janji-janji dan perkataan mereka, sungguh telah hilang dan sirna dari kehidupan masyarakat muslim yang terdahulu. Oleh karena itu, setiap kali aqidah wala' dan bara' ini melemah dan hilang, bahkan dilupakan oleh kaum muslimin, pada saat itu pula mereka akan cenderung mengikuti musuh-musuh mereka, lalu orang-orang kafir itu (dengan mudah) menimpakan azab yang keji serta mencabik-cabik kehormatan muslimin. Oleh karena itu, telah menjadi kewajiban para ulama untuk mencegah terjadinya hal tersebut dengan memperbanyak majlis-majlis ta`lim serta memberikan penyuluhan dan pengarahan. Hal-hal berikut ini akan lebih memperjelas masalah yang dipaparkan di atas:

1. Bahwa setiap muslim telah membaca dalam Kitabullah (Al Quran) bahwasanya tindakan orang-orang kafir terhadap kaum muslimin tidak lepas dari dua hal; membunuh kaum muslimin dengan cara yang sangat keji atau menjadikannya murtad (meninggalkan) agamanya. Allah berfirman:

 إِنَّهُمْ إِن يَظْهَرُوا عَلَيْكُمْ يَرْجُمُوكُمْ أَوْ يُعِيدُوْكُمْ فِيْ مِلَّتِهِمْ وَلَنْ تُفْلِحُوا إِذًا أَبَدًا

"Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka. Dan jika demikian, niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya". (QS. Al Kahfi: 20).

2. Seorang muslim yang berwawasan, mengetahui bahwa orang-orang itu akan selalu memerangi, merongrong dan mengganggu kita, baik dengan (mengangkat) senjata, maupun dengan melalui berbagai cara dan makar. Mereka tidak akan merasa tenang pikirannya, sampai kita murtad (meninggalkan) agama kita, sekiranya mereka mampu. Allah berfirman:

وَلاَ يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىَ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُواْ وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُوْلَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُوْلَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

"Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya". (QS. Al Baqarah: 217)

3. Bahwasanya orang-orang Yahudi dan Nashrani bagaimanapun anda mengalah kepada mereka, atau berusaha untuk menyenangkan hatinya dengan melepaskan hak-hak anda, sedang anda rela dengan kerendahan dan kehinaan serta mematuhi segala keinginan mereka, namun mereka tetap tidak akan pernah senang kepada anda sampai anda mengikuti agamanya dan meninggalkan agama, 
aqidah dan saudara-saudara seagama anda. Allah berfirman:

 وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ 

"Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka". (QS. Al Baqarah: 120)

4. Sesungguhnya (orang-orang kafir itu), sekali-pun mereka (seolah-olah) menampakkan kasih sayang, persahabatan dan perhatian yang besar terhadap hak-hak kita, sebenarnya hal itu hanyalah sebagai (hiasan) di bibir saja. Adapun (hakikat) keadaan dan hati mereka yang sesungguhnya adalah tetap teguh menyimpan kebencian dan permusuhan terhadap kita. Allah berfirman:

يُرْضُونَكُم بِأَفْوَاهِهِمْ وَتَأْبَى قُلُوبُهُمْ وَأَكْثَرُهُمْ فَاسِقُونَ.

"Mereka menyenangkan hatimu dengan mulut-nya, sedang hatinya menolak. Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasiq (tidak menepati perjanjian)". (QS. At Taubah: 8)

5. Bahwasanya mereka senantiasa bersungguh-sungguh mendatangkan mudharat kepada kita. Apabila kita ditimpa bencana dan musibah, maka itulah puncak kegembiraan dan kebahagiaan mereka. Dan orang yang mengamati keadaan mereka, akan mengetahui hal ini dengan sangat jelas terlahir dari mulut-mulut mereka serta keterusterangan mereka. Dan sesungguhnya apa (kebencian) yang tersimpan dalam hati mereka adalah lebih besar lagi. Allah berfirman:

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ بِطَانَةً مِّنْ دُوْنِكُمْ لاَ يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالاً وَدُّواْ مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُوْرُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ إِن كُنتُمْ تَعْقِلُونَ 
.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbul-kan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya". QS. Ali Imran: 118.

"Khabalan" artinya kerusakan, maksudnya adalah mereka tidak pernah berhenti untuk merusak kalian. Dan Allah berfirman pula:

 إِن تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِن تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُواْ بِهَا وَإِن تَصْبِرُواْ وَتَتَّقُواْ لاَ يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ .

"Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan". (QS. Ali Imran: 120)

Allah juga mengabarkan bahwasanya apabila mereka kembali berkumpul dengan kelompoknya, mereka memperlihatkan kemarahan dan kedengkian yang paling hebat kepada kita.

 وَإِذَا خَلَوْاْ عَضُّواْ عَلَيْكُمُ الأَنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ .

"Dan apabila mereka bersendiri, mereka menggigit jari-jari mereka karena kemarahan mereka kepada kalian". (QS. Ali Imran: 119)

Sementara kita tahu bahwa seseorang apabila marah, ia akan menggigit satu jarinya saja, sedangkan mereka karena saking marah dan bencinya kepada kita, menggigit semua jarinya.
6. Bahwasanya alasan kekhawatiran terhadap (keselamatan) keluarga dan anak-anak yang menyebabkan kita memberikan loyalitas kepada orang-orang kafir, adalah suatu alasan yang tidak dapat diterima dan dibenarkan.

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا عَدُوِّيْ وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِم بِالْمَوَدَّةِ .

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang". (QS. Al Mumtahanah: 1)

Kemudian Allah menyebutkan syubhat (keraguan) orang-orang yang menjadikan harta dan anak-anaknya sebagai alasan, Allah berfirman:

 لَن تَنفَعَكُمْ أَرْحَامُكُمْ وَلاَ أَوْلاَدُكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَفْصِلُ بَيْنَكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ .

"Karib kerabat dan anak-anakmu sekali-kali tiada bermanfaat bagimu pada hari kiamat. Dia akan memisahkan antara kamu. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan". (QS. Al Mumtahanah: 3)

7. Bahwasanya orang-orang kafir itu, sekali-pun terjadi peperangan, perselisihan dan kebencian di antara mereka, tapi sesungguhnya mereka bersatu padu apabila yang memusuhi dan memerangi mereka adalah umat Islam. Maka dalam hal ini mereka akan menjadi umat yang satu, di mana sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Dan orang-orang yang beriman, apabila mereka tidak bersatu dan tidak saling menolong, maka akan terjadi kerusakan dan fitnah yang sangat besar. Allah berfirman:

الَّذينَ كَفَرُواْ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ إِلاَّ تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ

"Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai kaum muslimin) tidak melaksanakan apa yang diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan besar". (QS. Al Anfal: 73)

8. Huzaifah radhiyallahu `anhu berkata: "Hendaknya seseorang dari kamu merasa khawatir menjadi seorang Yahudi atau Nashrani, sementara ia tidak menyadarinya, berdasarkan ayat ini:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَآءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nashrani menjadi pemimpin-pemim-pin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim". (QS. Al Maa'idah: 51)
Bahkan Allah Subhanahu wa Ta`ala melarang kita loyal kepada bapak-bapak dan saudara-saudara kita sekiranya mereka kafir, apalagi kepada (orang-orang kafir) selain mereka!! Allah berfirman:

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ آبَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّواْ الْكُفْرَ عَلَى الإِيمَانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ .

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu sebagai pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan. Dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpin, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim". (QS. At Taubah: 23)

Allah juga melarang mencintai orang-orang kafir sekalipun mereka itu bapak-bapak kita, saudara-saudara kita atau anak-anak kita. Allah berfirman:

لاَ تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيْرَتَهُمْ أُوْلَئِكَ كَتَبَ فِيْ قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنْهُ.

"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu adalah bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya". (QS. Al Mujadilah: 22)

Ketahuilah saudaraku, bahwasanya di antara tanda-tanda loyal dan cinta kepada orang-orang kafir itu adalah seperti beberapa hal yang disebutkan oleh para ulama, yaitu antara lain:
1. Menyerupai mereka dalam berprilaku (akhlak), berpakaian dan selainnya. Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:

 مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ 

"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dalam golongan mereka"( ).
2. Membantu dan menolong mereka dalam memerangi kaum muslimin. Hal ini merupakan salah satu penyebab kemurtadan dan batalnya keislaman seseorang3. Memberi mereka jabatan dan kedudukan yang dengannya mereka dapat mengetahui rahasia kaum muslimin. Termasuk dalam hal ini, meng-angkat mereka sebagai pembantu dan penasehat.
4. Turut mengikuti dan meramaikan hari-hari raya dan hari-hari besar mereka, atau ikut andil membantu mereka untuk merayakannya atau memberikan ucapan selamat kepada mereka pada momen-momen tersebut
 
NASEHAT KEENAM

Wahai saudaraku –semoga Allah memelihara dan menjagamu dari segala musibah-, berikut ini adalah penjelasan tentang rukun Islam yang terbesar setelah Syahadatain (dua kalimat syahadat), yaitu shalat, yang merupakan wasiat terakhir Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam menjelang wafatnya. Beliau bersabda (ketika itu):

 الصَّلاَةَ، الصَّلاَةَ 
.
"(Jagalah shalat, (jagalah) shalat!" 

Sebagian kaum muslimin ada yang menganggap ringan urusan shalat, baik karena tidak mengetahui hukumnya ataupun karena malas menunaikan-nya, sehingga sebagian mereka menunaikannya di penghujung waktu, dan sebagian yang lain menunaikannya sendiri-sendiri (tidak berjamaah di mesjid) tanpa adanya udzur yang syar`i, bahkan ada pula yang tidak menunaikannya sama sekali. Orang yang seperti ini sungguh berada dalam bahaya yang besar, karena shalat adalah tiang agama Islam dan merupakan tonggak pemisah antara Islam dan kekufuran.

Para ulama telah menyebutkan bahwa siapa yang meninggalkannya, maka dia telah kafir, sebagaimana firman Allah Ta`ala:
فَإِن تَابُواْ وَأَقَامُواْ الصَّلاَةَ وَآتَوُاْ الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَنُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ.

"Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka mereka itu adalah saudara-saudaramu seagama". (QS. At Taubah: 11)

Ayat ini menunjukkan bahwa barangsiapa yang meninggalkan shalat, maka dia bukan saudara kita (seagama). Dan Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam telah bersabda pula:

 إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلاَةِ 

"Sesungguhnya yang memasukkan  seseorang kepada kesyirikan dan kekufuran adalah mening-galkan shalat" 

Dan dari Buraidah bin Hushaib radhiyallahu `anhu, ia berkata: "Saya mendengar Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:

 الْعَهْدُ الَّذِيْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ.

"Perjanjian di antara kita dan mereka –yakni orang-orang munafiq- adalah shalat, barangsiapa yang meninggalkannya, sungguh dia telah kafir" 

Dan Abdullah bin Syaqiq berkata: "Adalah para sahabat Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam tidak memandang sesuatu amalan yang kalau ditinggalkan menyebabkan kekufuran selain shalat" 

Saudaraku yang mulia!
Sesungguhnya meninggalkan shalat dapat mengakibatkan  beberapa efek yang berbahaya, antara lain:
1. Orang yang meninggalkan shalat perwaliannya putus terhadap anak-anak dan istri-istrinya.
2. Dia tidak mewarisi dari keluarganya dan tidak pula diwarisi.
3. Diharamkan baginya memasuki kota Mekkah, karena Allah Ta`ala berfirman:

إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلاَ يَقْرَبُواْ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هَذَا

"Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini". (QS. At Taubah: 28)

4. Tidak boleh memakan sembelihannya.
5. Kalau dia meninggal dunia jenazahnya tidak dishalatkan dan tidak boleh dimohonkan keampunan baginya.
6. Dia mesti dipisahkan (difasakh) dari istrinya, kalau istrinya seorang muslimah yang menunaikan shalat.
7. Tidak boleh dikuburkan di pekuburan Islam.
Ketahuilah, wahai saudaraku yang budiman –semoga Allah menjaga dan memelihara anda- bahwasanya wajib bagi anda untuk mendirikan shalat pada waktunya secara berjamaah. Anda tidak boleh melakukannya di rumah kecuali adanya udzur berupa takut atau sakit. Allah Ta`ala berfirman:

 وَارْكَعُواْ مَعَ الرَّاكِعِينَ 

"Maka ruku`lah bersama orang-orang yang ruku`". (QS. Al Baqarah: 43)

Allah Ta`ala telah mewajibkan shalat berjamaah walaupun dalam peperangan dan menghadapi musuh. Seandainya ada orang yang diizinkan meninggalkan shalat berjamaah, tentu orang yang sedang menghadapi musuh akan diizinkan melaksanakan shalat sendiri-sendiri, namun Allah Ta`ala tetap  mewajibkan mereka mendirikan shalat secara berjamaah, sebagaimana firmanNya:

وَإِذَا كُنتَ فِيهِمْ فَأَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلاَةَ فَلْتَقُمْ طَآئِفَةٌ مِّنْهُم مَّعَكَ وَلْيَأْخُذُواْ أَسْلِحَتَهُمْ فَإِذَا سَجَدُواْ فَلْيَكُونُواْ مِن وَرَآئِكُمْ وَلْتَأْتِ طَآئِفَةٌ أُخْرَى لَمْ يُصَلُّواْ فَلْيُصَلُّواْ مَعَكَ وَلْيَأْخُذُواْ حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُمْ

"Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempur-nakan satu raka`at) maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum melaksanakan shalat, lalu shalatlah mereka bersamamu dan hendaklah mereka bersiap-siap dan menyandang senjata...". (QS. An Nisaa': 102)
Dan Imam Bukhari dan Muslim telah meriwa-yatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu `anhu, ia berkata: "Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:

 لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آَمُرَ بِالصَّلاَةِ فَتُقَامَ، ثُمَّ آمُرَ رَجُلاً فَيُصَلِّي بِالنَّاسِ، ثُمَّ أَنْطَلِقُ بِرِجَالٍ مَعَهُمْ حَزْمٌ مِنْ حَطَبٍ إِلَى قَوْمٍ لاَ يَشْهَدُوْنَ الصَّلاَةَ، فَأَحْرِقَ عَلَيْهِمْ بُيُوْتَهُمْ 

"Sungguh aku telah berniat memerintahkan untuk dilaksanakan shalat, kemudian kuperintahkan seseorang untuk memimpin shalat dan aku pergi bersama beberapa orang yang membawa kayu bakar ke (rumah-rumah) orang-orang yang tidak menghadiri shalat (berjama`ah), kemudian aku bakar mereka bersama rumah-rumah mereka" Dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Mas`ud radhiyallahu `anhu, ia berkata: "Dan aku menyaksikan tidak seorangpun di antara kami yang ketinggalan melaksanakan shalat (berjamaah) kecuali orang munafik yang telah diketahui ke-munafikannya atau orang sakit. Bahkan seorang yang sakit –pada waktu itu- ada yang datang menghadiri shalat berjamaah dengan dipapah oleh dua orang di kiri kanannya"
Dan dalam ”Shahih Muslim”  juga, Ibnu Mas`ud radhiyallahu `anhu berkata: "Barangsiapa yang ingin berjumpa dengan Allah esok (hari kiamat) dalam keadaan muslim, maka hendaklah dia menjaga shalat-shalat ini (secara berjamaah) tatkala dikumandangkan seruan (azan) untuk mengerjakannya secara berjamaah. Karena sesungguhnya Allah telah mensyari`atkan bagi Nabi kalian jalan-jalan petunjuk dan kebenaran, dan sesungguhnya shalat-shalat yang dikerjakan secara berjamaah termasuk bagian dari jalan-jalan petunjuk dan kebenaran itu. Dan jika kalian mengerjakan shalat di rumah kalian masing-masing sebagaimana orang ini (yang meninggalkan shalat berjamaah dan hanya mengerjakannya di rumahnya), maka kalian berarti telah meninggalkan sunnah (tuntunan) Nabi kalian. Dan jika kalian meninggalkan tuntunan Nabi kalian, niscaya kalian akan sesat. Dan tidaklah seseorang bersuci (berwudhu') secara sempurna kemudian menuju ke mesjid, kecuali Allah menetapkan bagi setiap langkah yang dilangkahkannya satu kebaikan dan Allah mengangkat derajatnya serta menghapus satu kesalahannya dengan langkah tersebut. Dan aku menyaksikan tidak ada seorangpun di antara kami yang meninggalkan shalat berjamaah, kecuali orang munafik yang telah diketahui kemunafi-kannya. Dan sungguh, seseorang di antara kami (datang) dipapah oleh dua orang untuk berdiri di antara shaf"
Dan masih dalam ”Shahih Muslim” dari Abu Hurairah radhiyallahu `anhu, bahwasanya seorang buta berkata: "Wahai Rasulullah –Shallallahu `alaihi wasallam-! Saya tidak mempunyai penuntun yang mengantarkanku ke mesjid, apakah saya diberi keringanan untuk shalat di rumah (saja)?" Nabi Shallallahu `alaihi wasallam bertanya kepadanya: "Apakah kamu mendengar panggilan (azan)?" Ia menjawab: "Ya". Lalu Beliau bersabda: "Penuhilah panggilan (azan) itu"

Saudaraku yang mulia!
Amatilah hadits yang mulia ini!? Meskipun Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam (dikenal) sayang kepada umatnya, namun Beliau tidak mem-berikan keringanan kepada orang buta tersebut untuk meninggalkan shalat berjamaah, dan ini cukup sebagai dalil dan bukti akan wajibnya shalat berjamaah.
Maka wajib bagi anda, wahai saudaraku –semoga Allah merahmati anda- untuk segera melaksanakannya dan saling berwasiat untuk mengerjakannya bersama anak-anak anda, keluarga anda, tetangga anda dan saudara-saudara anda seagama, dalam rangka melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah dan Rasul-Nya serta menjauhkan diri dari (perbuatan) menyerupai (perbuatan) orang-orang munafik. Semoga Allah senantiasa memberikan taufikNya kepada saya dan anda untuk melaksanakan apa yang dicintai dan diridhaiNya. Dan semoga Allah melindungi kita semua dari kejahatan jiwa-jiwa kita dan keburukan amal perbuatan kita. Sesungguhnya Allah Maha Pemurah lagi Maha Mulia.




Bersambung....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda di sini