Rabu, 11 Maret 2015

Restaurant Puncak.... Kuliner indonesia di Al Khobar Saudi Arabia

Ngebantu nyebar informasi seputar kuliner indonesia di arab saudi....

Setelah sekian lama tutup alias stop beoperasi dikarenakan para "Master Chef"nya mudik ke indonesia dan tak pernah kembali lagi ke saudi arabia (long story....kalo diceritain bisa 7 hari 7 malem ga selesai dan pada intinya mereka para chef tidak bisa pulang ke indonesia setelah 5 tahun kerja di KSA) Akhirnya Restauran puncak beroperasi kembali.

Kalo selama ini rasa kangen itu terus berkecamuk...akhirnya restaurant puncak buka lapak lagi dengan chef yang baru dan menu masakan yang lebih variasi dan nuansa yang lebih nyaman. kalo sebelumnya restauran puncak hanya menyediakan menu masakan bakso, sate, nasi goreng dan semur daging. Maka saat ini para chef baru hadir dengan menu yang lebih yahud dan komplit.

biar ga penasaran ini daftar menu yang tersedia di Restoran puncak al khobar
  1. Ayam bakar        (Maknyoos)
  2. Sate Ayam          (Maknyoos)
  3. Sate Kambing    (Nendang)
  4. Sop Kikil           (Muantab)
  5. Sop buntut         (Muantab)
  6. Gado-gado         (Sueger)
  7. Karedok             (Sueger)
  8. Cumi tepung      (Maknyoos)
  9. Udang tepung    (Maknyoos)
  10. Nasi goreng       (Uenak)
  11. Ayam Penyet     (Rekomended)
  12. Jus alpukat dkk (Rekomended)
  13. Es Campur        (Rekomended) 





Dan system pembayaran tunai dengan mata uang Saudi Riyal dan waktu operasi:
  • Hari kerja: Jam 10:00 s/d 12:00 AM (pagi hari)
                          : Jam 18:00 s/d selesai (sore hari setelah sholat maghrib)
  •  Hari libur: Jam 10:00 s/d selesai (waktu sholat tutup tuk menunaikan ibadah sholat wajib)
  • Hari Selasa libur......

Lokasinya di Prince sultan bin abdul aziz street (al Khobar) 


pas disampingnya toko puncak


Selamat menikmati

Minggu, 08 Maret 2015

Hukum membunuh pelaku kejahatan dengan membakar hidup-hidup

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah

Akhir-akhir ini kita di suguhi lagi dan lagi...sebuah cerita beulang tentang "menghukum" pelaku kejahatan oleh masyarakat dengan cara membakar hidup-hidup. masih terekam jelas dimemori kepala ini tentang sosok pelaku kejahatan bernama "kolor ijo" yang tertangkap lalu dibakar hidup-hidup di tengah kerumunan massa. begitu pula sebelas-dua belas nasibnya dengan para pelaku "ninja" yang diperlakukan sama pada masanya. Dan yang terakhir adalah pelaku "begal" kendaraan bermotor yang lagi-lagi harus terpanggang oleh amukan massa yang mungkin sudah tak terbendung.

Yang menjadi pertanyaan adalah.... "bolehkah kita menghukum pelaku kejahatan dengan membakar dengan API?"

biar lebih jelas mari kita bahas bersama permasalahan ini berdasarkan riwayat dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan,

بَعَثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْثٍ فَقَالَ: «إِنْ وَجَدْتُمْ فُلاَنًا وَفُلاَنًا فَأَحْرِقُوهُمَا بِالنَّارِ»، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ أَرَدْنَا الخُرُوجَ: «إِنِّي أَمَرْتُكُمْ أَنْ تُحْرِقُوا فُلاَنًا وَفُلاَنًا، وَإِنَّ النَّارَ لاَ يُعَذِّبُ بِهَا إِلَّا اللَّهُ، فَإِنْ وَجَدْتُمُوهُمَا فَاقْتُلُوهُمَا»

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus kami dalam satu pasukan perang. Beliau bersabda, “Jika kalian ketemu dengan si A dan si B, bakarlah mereka.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan ketika kami hendak berangkat, “Kemarin saya perintahkan kalian untuk membakar si A dan si B, akan tetapi api adalah benda yang tidak boleh digunakan untuk menyiksa (membunuh) kecuali Allah. Jika kalian ketemu mereka bunuhlah.” 

(HR. Bukhari no.3016)

Demikian pula hadis dari Hamzah bin Amr Al-Aslami, beliau bercerita:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَّرَهُ عَلَى سَرِيَّةٍ قَالَ: فَخَرَجْتُ فِيهَا، وَقَالَ: «إِنْ وَجَدْتُمْ فُلَانًا فَأَحْرِقُوهُ بِالنَّارِ». فَوَلَّيْتُ فَنَادَانِي فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ: «إِنْ وَجَدْتُمْ فُلَانًا فَاقْتُلُوهُ وَلَا تُحْرِقُوهُ، فَإِنَّهُ لَا يُعَذِّبُ بِالنَّارِ إِلَّا رَبُّ النَّارِ ».

Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutusnya bersama pasukan perang, ketika hendak berangkat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan, “Jika kalian menjumpai si A, bakarlah dia dengan api.” Kemudian aku berangkat. Lalu beliau memanggilku dan aku kembali dan beliau berpesan, “Jika kalian menangkap si A, bunuhlah dan jangan kalian bakar. Karena tidak boleh menyiksa dengan api kecuali Tuhannya api (yaitu Allah).” 

(HR. Abu Daud 2673 dan dishahihkan Al-Albani)

Dalam riwayat yang lain, dari Ikrimah, beliau menceritakan:

أُتِيَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِزَنَادِقَةٍ فَأَحْرَقَهُمْ فَبَلَغَ ذَلِكَ ابْنَ عَبَّاسٍ فَقَالَ لَوْ كُنْتُ أَنَا لَمْ أُحْرِقْهُمْ لِنَهْيِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُعَذِّبُوا بِعَذَابِ اللَّهِ وَلَقَتَلْتُهُمْ لِقَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ بَدَّلَ دِينَهُ فَاقْتُلُوهُ، فَبَلَغَ ذَلِكَ عَلِيًّا، فَقَالَ: صَدَقَ ابْنُ عَبَّاسٍ

Di bawah ke hadapan Khalifah Ali radhiallahu ‘anhu beberapa orang zindiq (mereka mengkultuskan Ali dan menganggapnya sebagai tuhan), lalu Ali bin Abi Thalib membakar mereka. Berita ini pun sampai kepada Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, lalu beliau berkata, “Kalau aku, aku tidak akan membakar mereka. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarangnya dalam sabda beliau, “Janganlah kalian menyiksa dengan siksaan Allah“, namun aku tetap akan membunuh mereka berdasarkan sabda Rasulullah shallawahu ‘alaihi wa sallam: “Barangsiapa mengganti agamanya maka bunuhlah”. Ucapan Ibnu abbas ini pun sampai kepada Ali, dan Ali berkomentar: “Benar apa yang dikatakan Ibnu Abbas.” 

(HR. Bukhari, Nasai, Turmudzi, Abu Daud)

Jadi jelas sudah bahwa kita dilarang untuk menghukum pelaku kejahatan dengan "membakarnya" karena pada hakikatnya yang berhak  menyiksa dengan api hanya Tuhannya api (yaitu Allah).” So sebagai seorang muslim yang taat akan aturan hukum sebaiknya menyerahkan pelaku kejahatan kepada pihak yang berwajib. kalaupun para pelaku itu tidak mendapatkan ganjaran yang setimpal bedasarkan syariat maka yang menanggung dosanya bukanlah kita. dan semoga kita dijauhkan dari segala segala fitnah dunia.


Sabtu, 07 Maret 2015

Anda mau dimadu?



Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,



Anda mau dimadu?

Bagaimana jika Allah yang memberi anda madu?

Seharusnya anda bahagia…meskipun bisa jadi anda merasa resah…

Madu dari Allah, bukan sembarang madu. Jelas ini madu yang berbeda.

Mari kita perhatikan hadis berikut,


Dari sahabat Amr bin al-Hamiq radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا عَسَلَهُ؛ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا عَسَلُهُ؟ قَالَ: «يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ، ثُمَّ يَقْبِضُهُ عَلَيْهِ»

“Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Allah memberinya ’asal.

Para sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah, apa maksud ‘asal dari-Nya?’

Beliau bersabda,

“Allah berikan taufiq untuk beramal soleh, kemudian Allah cabut nyawanya dalam keadaan husnul khotimah.”


(HR. Ahmad 17784, Ibn Hibban 342, al-Hakim 1258 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).


Makna ‘Asal

Kata ‘Asal secara bahasa artinya madu. Di surga ada sungai madu murni. Allah sebut dalam al-Quran dengan kalimat ‘asal mushaffa,

وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى

“Dan sungai-sungai dari madu murni.. ”

(QS. Muhammad: 15)

Lalu apa yang dimaksud ’Allah memberinya ’asal (madu)’?

Al-Munawi menjelaskan,

إذا أراد الله بعبد خيرا عسله ؛ أي طيب ثناءه بين الناس ( قيل ) أي قالوا يا رسول الله ( وما عسله ) أي ما معناه ( قال يفتح له عملا صالحا قبل موته ) أي قبيله ( ثم يقبضه عليه ) شبه ما رزقه الله من العمل الصالح بالعسل الذي هو الطعام الصالح الذي يحلو به كل شيء ويصلح كل ما خالطه

Dalam hadis, “apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, dia akan berikan ‘asal-Nya, maknanya adalah pujian yang baik di tengah masyarakat. Para sahabat bertanya, ‘Apa itu ‘asal dari Allah?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Allah berikan taufiq untuk melakukan amal soleh sebelum dia mati.’

Dalam hadis ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut amal soleh yang Allah berikan kepada seseorang dengan kata ‘asal yang artinya madu. Karena madu adalah makanan yang paling bagus, yang bisa membuat manis semua yang diberi madu dan menjadi lebih bagus jika ditambah madu.

(at-Taisir bi Syarh Jami’ Shaghir, 1/126).

Dalam riwayat lain dinyatakan,

إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ؛ يُفْتَحُ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ بَيْنَ يَدَيْ مَوْتِهِ حَتَّى يَرْضَى عَنْهُ مَنْ حَوْلَهُ

“Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi salah satu hamba-Nya, Dia akan mempekerjakannya”.

Lalu beliau menjelaskan,

’Allah berikan taufiq kepadanya untuk beramal saleh sebelum kematian, sehingga orang lain di sekitarnya menjadi senang dengannya.’

(HR. Ahmad 21949 dan dishahihkan al-Albani).

Berdasarkan riwayat inilah, al-Munawi menafsirkan kata ’asal dengan pujian yang baik dari masyarakat, sebagaimana layaknya madu yang manis.

Ketika menjelaskan hadis ini, Imam al-Albani menuliskan,

وأمارة هذا التعسيل ، بأن يرضى عنه من حوله لما ثبت في زيادةٍ مرفوعةٍ للنّبيّ – صلى اللّه عليه وسلم

“Diantara tanda Allah memberikan madu untuknya adalah, Allah jadikan orang yang berada di sekitarnya menjadi ridha kepadanya. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat lain dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam“. 

(as-Silsilah as-Shahihah, keterangan hadis no. 1114).


Karena hadis di atas, diberitakan bahwa Syaikh al-Albani sering mendoakan orang yang berbuat baik kepada beliau dengan kalimat doa,

عسّلك الله

”Semoga Allah memberimu madu”

Allahu a’lam

***********

Penulis: Ustadz Ammi Nur Baits

sumber : muslimah.or.id

Minggu, 01 Maret 2015

Jakallahu khoiron telah mengingatkan akan berkurangnya waktu


Ga terasa kalo meninjau kalender Masehi, hari ini adalah tanggal 1 Maret 2015.Ucapan selamat dan doa dari keluarga, dan sahabat mengalir deras menghiasi wall jejaring sosial. Semua memberikan kata-kata indah dan penuh makna serta untaian doa mengharap segala kebaikan tuk diriku. Dan atas semua itu saya mengucapkan Jakallahu khoiron, mengingatkan telah berkurangnya waktu dan kesempatan. Semoga kemuliaan, kasih sayang, kebahagiaan, iman, kenikmatan ibadah,ijabah, sabar, tawakal, kematangan, kebaikan, kecerdasan, kebersihan hati, kebijakan, keterampilan, kebajikan dan kesuksesan senantiasa melimpah untuk kalian semua dan keluarga, sepanjang waktu sepanjang usia.

Dan harap dimaklumi rekans semuanya...karena saya ga pernah menuliskan hal yang sama di wall jejaring sosial atau di indox anda. karena saya lebih memilih tuk tetap mendoakan kalian dengan cara yang lain. InsyaaAllah saya akan tetap mendoakan kalian semua disetiap untaian doa yang terucap.

Dari Abu Ad-Darda’ Radiyallahu anhu, beliau berkata: Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:

مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ

Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.

(HR. Muslim no. 4912)

Mendoakan sesama muslim tanpa sepengatahuan orangnya termasuk dari sunnah hasanah yang telah diamalkan turun-temurun oleh para Nabi -alaihimushshalatu wassalam- dan juga orang-orang saleh yang mengikuti mereka. Mereka senang kalau kaum muslimin mendapatkan kebaikan, sehingga merekapun mendoakan saudaranya di dalam doa mereka tatkala mereka mendoakan diri mereka sendiri. Dan ini di antara sebab terbesar tersebarnya kasih sayang dan kecintaan di antara kaum muslimin, serta menunjukkan kesempuraan iman mereka. Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.

(HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik)

Karenanya Allah dan Rasul-Nya memotifasi kaum muslimin untuk senantiasa mendoakan saudaranya, sampai-sampai Allah Ta’ala mengutus malaikat yang khusus bertugas untuk meng’amin’kan setiap doa seorang muslim untuk saudaranya dan sebagai balasannya malaikat itupun diperintahkan oleh Allah untuk mendoakan orang yang berdoa tersebut. Berhubung doa malaikat adalah mustajabah, maka kita bisa menyatakan bahwa mendoakan sesama muslim tanpa sepengetahuannya termasuk dari doa-doa mustajabah. Karenanya jika dia mendoakan untuk saudaranya -dan tentu saja doa yang sama akan kembali kepadanya- maka potensi dikabulkannya akan lebih besar dibandingkan dia mendoakan untuk dirinya sendiri.

Hanya saja satu batasan yang disebutkan dalam hadits -agar malaikat meng’amin’kan- adalah saudara kita itu tidak mengetahui kalau kita sedang mendoakan kebaikan untuknya. Jika dia mengetahui bahwa dirinya didoakan maka lahiriah hadits menunjukkan malaikat tidak meng’amin’kan, walaupun tetap saja orang yang berdoa mendapatkan keutamaan karena telah mendoakan saudaranya. Hanya saja kita mendoakannya tanpa sepengetahuannya lebih menjaga keikhlasan dan lebih berpengaruh dalam kasih sayang dan kecintaan.

Saya jadi teringat dengan cuplikan kajian Ustadz Fariq Qasim.... mengasah hati

“Saat engkau tertidur lelap, boleh jadi pintu-pintu langit diketuk oleh puluhan doa yang memohonkan kebaikan untukmu…

(Do’a itu datang) dari si fakir yang pernah engkau tolong....
dari orang yang lapar yang pernah engkau beri makan....
dari orang sedih yang pernah engkau bahagiakan.....
dari orang yang pernah berpapasan denganmu dan kau beri senyuman untuknya....
atau dari orang yang dihimpit kesulitan yang telah engkau lapangkan…

Maka jangan pernah meremehkan sebuah kebajikan untuk selama lamanya..”

(Perkataan Ibnul Qoyyim Al Jauziyah)


Hari kelahiran saya yang kadang diingatkan para sahabat di tanggal 28-Feb dan syukur-syukur kalo bertepatan dengan tahun kabisat di meriahkan di jejaring sosial di tanggal 29-Feb bahkan terkadang diramaikan di wall jejaring sosial di tanggal 1-Mar..... Hari tersebut bagi saya pribadi tak ada yang spesial dan nyaris sama seperti hari-hari lainnya. dihari tersebut saya masih harus bekerja tuk menafkahi keluarga dan di hari itu juga sama seperti hari lainnya dimana saya harus tetep menunaikan kewajiban sebagai seorang ayah dan juga seorang suami. tak ada kue ulang tahun dalam rumah... tak ada lilin yang bertuliskan angka yang menyimbolkan total usia saat ini. dan jujur saja semua ini saya lakukan bukan karena pelit atau irit atau bukan karena saya tidak romantis. Saya semata-mata ingin mengajarkan kepada saya dan keluarga bahwa sebagai seorang muslim cukup sudah hari perayaan bagi saya dan keluarga adalah ied fitri dan ied adha.

Ada sebagian kawan menyarankan tuk merayakan "Milad" (agak kedengeran islami) dengan cara syukuran mengundang orang tertentu tuk bersama-sama berdoa agar di berikan segala kebaikan. Emang kedengarannya. (lagi-lagi kedengarannya agak islami) tapi hati kecil ini bertanya.... kalo saya mau ngundang orang-orang tertentu, apa mesti nunggu setahun sekali? dan kenapa harus di hari kelahiran? dan kalaupun saya harus melakukannya setidaknya saya harus punya referensi yang tepat. dan lagi dan lagi....saya ga mendapatkan satu contoh saja tuk melakukan perayaaan hari kelahiran dari panutan saya dan panutan semua umat islam, Rasulullah Muhammad Shallallahu'alaihi wassalam dan bahkan tidak juga ku temukan contohnya dari para sahabat Radiyallahu anhuma. Maka saya putuskan tuk tidak melakukannya.karena Rasul kita Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda,

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Orang yang melakukan ritual amal ibadah yang bukan berasal dari kami, maka amalnya tersebut tertolak”

[HR. Bukhari-Muslim]

Saya hanya mencoba berpikir bahwa pada hakikatnya di setiap hari "ulang tahun" adalah hari dimana usia kita di dunia ini semakin berkurang. dan seandainya kita sadar bahwa "hari ulang tahun" adalah peringatan semakin dekatnya kita ke AJAL, masihkah kita mau memeriahkannya dengan segenap kemeriahan?