Sabtu, 28 April 2018

10 Alasan kenapa saya ingin kembali pulang ke pangkuan ibu pertiwi

Rasanya tidak adil jika saya tidak mengungkapkan hal ini. Saya banyak menuliskan tentang alasan senang tinggal di Saudi Arabia (9 alasan kenapa harus hijrah kerja ke jubail). Kenyamanan financial, kenyamanan beribadah, kenyamanan dunia lainnya yang sudah sering saya tuliskan di blog milik saya ini.

Tapi kecintaan pada tanah air senantiasa menjadi magnet yang terus menerus menarik saya untuk kembali pulang pada saatnya nanti.  Saya berpikir keras untuk setidaknya mencari sedikitnya 10 alasan untuk pulang ke Indonesia tapi sayangnya baru 4 alasan yang begitu lekat tuk mengajakku pulang. Apa sajakah alasan itu?



1.       Keluarga besar : Ini salah satu alasan kuat yang hari demi hari membujuk saya untuk kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Saya yang tumbuh besar dari satu pulau ke pulau yang lain di belahan bumi nusantara dan senantiasa hidup dalam lingkungan keluarga besar, yang sedari kecil selalu di cekokin pameo “Mangan ora Mangan sing penting ngumpul” membuat rasa rindu itu semakin menguat. Terlebih ketika musim liburan seperti hari raya idul fitri nuansa “ke-indonesia-an itu seakan muncul dengan nuansa yang hanya bias ditemukan di Indonesia dan nyaris tidak dapat ditemukan dibelahan dunia manapun selain di Indonesia. Seakan budaya perayaan idul fitri di Indonesia menjadi endemic di negara kesatuan republic Indonesia.

2.      Destinasi wisata: Ini juga salah satu alasan kuat mengapa saya ingin sekali kembali ke NKRI. Hanya dengan modal nekad (dana secukupnya) maka anda bias berwisata ke tempat-tempat exotic yang banyak bertebaran di Indonesia. Mulai dari wisata pantai, wisata pegunungan, wisata budaya dll. Ini yang sangat sulit sekali saya temui selama bermukim di negeri gurun pasir Saudi arabia. Saking terlalu nyaman tinggal di gurun pasir bahkan ketika hujan turun rintik-rintik serasa membawa angan kepada tanah air tercinta, rindu hujan, rindu akan aroma debu yang tersapu oleh rintikan air hujan yang meninggalkan aroma hujan. Begitu pula ketika berjumpa dengan padang rumput hijau dan rindangnya pepohonan membuat hasrat tuk “ngedomprak” sejenak di hamparan rumput hijau yang masih basah oleh embun pagi.

3.      Kuliner Nusantara: Kalau bukan karena kedua hal di atas, pastinya alasan yang satu ini ingin kujadikan alasan utama kenapa saya ingin pulang ke pangkuan ibu pertiwi. Lebih dari sewindu berkecimpung dengan aroma timur tengah membuat saya merasa jenuh dengan hidangan nasi lemak (nasi Kabsah) yang dengan setianya selalu tersaji bersama “ayam dan kambing”. Walau berbeda nama dan cara penyajian tapi pada akhirnya selalu berujung dengan menu utama nasi bercampur ayam atau kambing. Aku rindu dengan beras yang di sulap menjadi “uduk, lontong, ketupat, burasa, bubur, nasi kuning, nasi putih, nasi goreng, ketan, lemper”…. Ah sudahlah terlalu banyak daftar yang harus saya sebutkan. Begitu pula dengan sajian ayam yang dalam sekejap bias berubah nama menjadi “opor ayam, ayam bakar, ayam pop, ayam rica-rica, ayam betutu, ayam kalio”…cukup…cukup rhoma! Aku sudah tidak tahan lagi. Sudah terlalu banyak daftar yang harus saya sebutkan. Itu berat saying. Biar saya saja yang menahannya.

4.      Lelah di makan usia: Alasan ini mungkin paling rasional. Kenapa saya katakan demikian karena dengan bertambahnya usia maka keinginan tuk menikmati hari tua dirindangnya pepohonan, birunya laut dan suasana pedesaan serta ramah tamah yang selalu teriring bersama untaian senyum masyarakat indonesia menjadi satu lagi alasan kenapa saya harus pulang.

Saya sudah mencoba mencari penyebab timbulnya hasrat yang begitu kuat tuk kembali pulang dan seperti judulnya 10 alasan tapi cuma dapat 4. jadi tolong kepada para pembaca yang budiman, baik hati, murah senyum dan suka menolong, kalo punya tambahan ide....bisa ditulis di kolom komentar biar bisa jadi bahan sequel cerita ini